Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Setelah Meraih Harta dan Takhta, Haruskah Ada Wanita?

Diperbarui: 1 Maret 2023   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar oleh Pixabay.com 

Apakah dia istrinya? Atau cuma istri simpanan? Mereka terlihat bahagia sekali. Berapa lama mereka menikah? Apakah di usia pernikahannya yang sekarang mereka juga masih bisa mesra seperti awal menikah?


Apakah semua lelaki sama? Ketika memiliki harta dan takhta maka ia akan menambah wanitanya? Ah, tidak semua begitu, nyatanya ada yang sampai renta masih terus bersama.
Tapi mengapa aku harus mengalaminya? Kenapa harus aku yang mendapat lelaki tak setia? Kenapa harus aku yang merasakan kecewa? Kenapa?


Pertanyaan-pertanyaan semacam itu selalu melintas di benakku saat melihat seorang lelaki berbadan tegap dengan penampilan bagus menggandeng wanitanya. Aku tak kuasa menghalanginya. Selalu saja muncul tiba-tiba dan itu membuatku sakit hati sendiri.


Ya, bagaimana tidak? Di usia pernikahanku yang ke sekian, aku harus menghadapi batu ujian yang besar. Suamiku mulai bertingkah, dan itu didukung oleh keluarganya.
Mereka berpikir, dengan karier dan jabatan suamiku yang sekarang, sudah selayaknya beristri dua. Gila!


"Handoyo itu sudah pantas punya istri dua. Kedudukan dia yang sekarang itu rawan godaan. Makanya, biarkan dia menikah lagi, agar tidak berbuat dosa dengan membeli yang murahan," ucap ibunya Handoyo.


Aku tersentak mendengar kalimat itu. Ibu macam apa dia? Mana ada ibu yang menginginkan rumah tangga anaknya berantakan?


Aku hanya terdiam. Sepatah kata pun tak kuucapkan. Membiarkan mereka dengan pikirannya sendiri.


Mereka hanya memikirkan perasaan dan egonya sendiri. Apa mereka tidak memikirkan perasaanku? Bagaimana sakitnya jika diduakan?


Kenapa mereka tak ingat siapa anaknya sebelumnya? Bagaimana kehidupan sebelum anak lelakinya itu menikah dengan aku? Kenapa sekarang ia justru bertingkah seenaknya?


Aku tak pernah takut dengan ancaman mereka. Aku hanya ingin mempertahankan rumah tanggaku. Jika mereka ingin menuruti keinginan sendiri, aku juga bisa.
*** 


Kondisi rumah tanggaku makin hari makin melelahkan. Sejak mereka menyampaikan kalimat itu, aku makin tak menghiraukan suamiku. Mungkin tak seharusnya aku berbuat begitu, bagaimanapun juga kami masih pasangan yang sah, ada kewajiban yang harus kulakukan terhadap suamiku.
Akan tetapi, percuma aku berbuat baik, tak akan terlihat di mata mereka. Hanya harta dan harta yang ada di benaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline