Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Romantika Beternak Bebek dan Usaha Telur Asin

Diperbarui: 6 Februari 2021   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dekat kandang bebek (Dokumen Pribadi)

Bermula dari pengurangan karyawan di salah satu BUMN tempat suamiku bekerja, kami berencana melanjutkan hidup dengan berwirausaha. 

Bermodal uang pesangon dari salah satu maskapai penerbangan yang pada akhirnya dinyatakan pailit, kami lalu memutuskan untuk menjadi peternak bebek di salah satu kabupaten di Jawa Timur.

Pada awalnya memang sempat ragu dengan usaha tersebut, mengingat sebelumnya tidak pernah berkecimpung di dunia peternakan yang memang baru bagi kami. Namun, dengan keyakinan yang kuat bahwa Allah akan membimbing langkah kami maka terwujudlah usaha tersebut.

Hampir sepuluh tahun kami menggeluti usaha tersebut. Pasang surut dan suka duka menjalankan bisnis itu sudah kami rasakan pahit dan getirnya. Namanya juga usaha, pasti kalau tidak untung ya rugi, itu semua sudah kami rasakan.

suasana dalam kandang (Dokumen Pribadi)

Mengawali usaha dengan menyewa lahan yang tak terpakai di antara sawah-sawah yang masih produktif, kami berhasil mendirikan kandang yang mampu menampung sekitar dua ribu ekor bebek. Akan tetapi, tidak semua lahan tersebut dijadikan kandang dan diisi bebek, ada sebagian tempat yang digunakan untuk menyimpan stok makanan dan tempat istirahat bagi pekerja atau penjaga kandang.

Empat tahun pertama, pertumbuhan usaha kami bisa digambarkan dengan grafik yang cenderung naik. Stok pakan untuk bebek yang tak pernah kekurangan, pekerja yang masih jujur dan loyal, serta usia bebek yang masih produktif, sangat mendukung hasil produksi telur.

Dari pemasukan yang ada, waktu itu kami mampu meraup keuntungan bersih dari hasil penjualan telur lebih dari tiga puluh persen. Belum lagi hasil dari penjualan bebek yang sudah tidak produktif (afkir) dan sisa pakan yang masih bisa digunakan. Boleh dibilang, sebenarnya usaha ternak bebek ini sangat menjanjikan hasilnya.

Namun, kembali pada manajemen pengusahanya. Apakah dia disiplin dan punya komitmen tegas saat mengelola? Apakah ia mampu mengarahkan pekerjanya untuk tetap jujur dan loyal saat bekerja?

Pada kenyaaannya, usaha kami mulai mengalami penurunan saat ada teman lain yang juga tertarik dengan usaha ini. Ia menyewa lahan persis di sebelah kiri kandang, sekaligus meminjam karyawan kami. Diperparah sifat suami yang kurang tegas terhadap pekerja, usaha kami sedikit demi sediit mulai menurun hasilnya.

Dari 1400 ekor bebek yang ada, saat itu kami bisa memperoleh 1200 butir telur per hari. Padahal, tidak semua bebek usia produktif. Ada yang harus afkir dan ada juga yang belum siap untuk bertelur. Namun sayang, setelah fokus pekerja terpecah untuk mengelola dua kandang, produksi telur ikut menurun.

Hal itu terus berlangsung hingga beberapa waktu, sampai pada akhirnya, kami memperoleh pekerja baru untuk menggantikan yang lama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline