Aku masih belum bisa menghilangkan rasa itu seluruhnya. Meskipun sekian purnama telah berlalu, dan kita dalam beku.
Aku memang berniat menjauh darimu, agar tak mengganggu kehidupanmu. Meskipun aku harus berusaha keras, untuk bisa melepas dan melupakan sosok itu.
Tahukah kau? Aku tak mampu, bayangan itu begitu pekat dan seolah nyata.
Aku pun bisa merasakan, kau tak ingin kutinggalkan dan berharap ada di sampingmu selalu.
Bibirmu memang memang membisu, tetapi dari pancaran matamu, kau tengah terbakar cemburu.
Kau tarik tanganku dan berusaha untuk membawaku kembali. Kau tunjukkan sikap dan hasad, agar aku memahami, kau pun rindu padaku.
Bukankah begitu?
Kasih, andaikan mungkin kita kembali mesra seperti dulu. Tak ada penghalang bagi kita mencurahkan rasa, mungkin aku akan bahagia selamanya.
Mungkinkah waktu akan berpihak? Mengurai semua pertikaian dan menyatukan kita kembali dalam bingkai asmara?
Mungkinkah Dia rida, menyatukan hati kita sebagai tanda kuasa, atas benih cinta yang Ia tanamkan.
Dia yang menebar, Dia pula yang menghendaki.
Akankah kita hanya menjalani ujian kesetiaan tanpa pernah menikmati hasil penantian?