Sejak pernikahan Mbak Hani dan Mas Bayu, Bapak dan Ibu tampak bahagia sekali. Terlebih, sebentar lagi akan lahir cucu pertama keluarga Broto Asmoro, penerus keluarga yang telah lama dinanti. Untuk menyambut hadirnya keluarga baru, segala rencana telah dipersiapkan.Termasuk kamar tidur yang nyaman dan semua perlengkapan bayi juga tersedia. Pemeriksaan kandungan pun sudah tahap survei ke rumah sakit agar aman saat persalinan.
Namun, nasib berkata lain, bayi yang dikandung Mbak Hani telah kehilangan nyawa saat masih dalam kandungan. Beberapa hari berikutnya, menyusul Mbak Hani sendiri yang berpulang. Semangat Bapak dan Ibu pun pupus, penantian panjang akan hadirnya generasi penerus sia-sia, mereka murung hingga Ibu jatuh sakit. Seminggu berlalu, Ibu juga turut memenuhi panggilan Tuhan.
Bapak merasa sangat kehilangan, dua perempuan tercintanya telah pergi. Tak lebih dari lima hari, Mas Bayu pun menghembuskan nafas terakhirnya. Satu per satu orang terkasih berpulang, kami semakin stres melihat keadaan. Bapak pun akhirnya terkonfirmasi positif covid juga, dan meninggal dalam proses penyembuhan. Kini, aku sendiri dalam ruang isolasi. Menanti hari yang entah kapan akan berganti. Pengabdian terakhirku pada Bapak membuatku juga harus di karantina. Jauh, di ujung sebuah penantian.
Sidoarjo, 22 Juli 2020
Any Sukamto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H