Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Puisi | Menanti Cinta di Musim Tabebuya

Diperbarui: 19 Juli 2020   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri, saat Tabebuya bermekaran di sepanjang Jl A. Yani Surabaya

Semilir angin pagi yang hembuskan kesejukan menerpa paras ayu gadis bermata sayu. Membelainya penuh kasih serta kelembutan juga hadirkan kesegaran hingga ke relung sukma

Sendiri berdiri menanti hadirnya kekasih hati, dengan senyum tersungging penuh harap akan perjumpaan. Di pinggiran kota yang penuh kenangan dan impian, tanamkan rasa dalam keabadian 

Telah jauh melamunkan syahdunya  sebuah pertemuan. Berhasrat hangatnya dekapan erat dari lelaki idaman. Tatapan sendu dan pelukan rindu yang berpadu, luruhkan  kelu yang kian membatu 

Namun sayang, meski penantian telah panjang, tak jua wajah terkasih hadir menyapa. Musim tabebuya yang  dilamunkan penuh keindahan dan kemewahan mekarnya mahkota, berganti dengan iras layu penuh pilu 

Cinta tak lagi berkunjung menyangai jiwa, asa berasmara gugur bersama kelopak. Tabebuya hanya dikenang sebagai musim kehampaan. Saat rasa berjatuhan bersama putik dan mahkota  

Sidoarjo, 19 Juli 2020 

Any Sukamto 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline