Di teras sebuah bangunan mewah, lelaki kecil duduk memencil
Menyandarkan sejuta harapan pada tembok pembatas jalan
Tatap matanya sayu, memandang tamu berlalu lalang dengan sejuta perlu
Bibir menangkup menahan kelu, hingga berceloteh sepatah pun tak mampu
Tangan mengawat di perut, menahan perih akibat kolon turut merintih
Hanya kelipan mata menjadi pertanda, tubuh dekil pun butuh santapan
Wanita muda berdandan ala penggoda turun dari tangga
Penuh tawa bersama tuan tampan usai bergembira menikmati kemapanan
Mengering buah mata ke arah bocah penuh derita, lalu memandang dengan penuh tanya
Nyonya muda pun paham, lalu menangkap isyarat dengan senyuman
Sapa ramah pun dihadirkan, bagai peri memasrahkan penawar nan mujarab