Demi memenuhi tantangan Samber hari ke 13 yang memilih tema rekomendasi film solidaritas, maka saya memilih film 5 cm. Sebuah film yang diangkat dari novel Donny Dhirgantoro
.
Film 5 cm ini menceritakan tentang perjalanan 5 remaja yang telah bersahabat selama sepuluh tahun. Zafran (Herjunot Ali), Genta (Fedi Nuril), Ian (Igor Saykoji), Arial (Denny Sumargo) dan satu-satunya perempuan Riani (Raline Shah). Jalinan persahabatan yang diwarnai dengan kisah cinta membuat cerita ini tersaji indah.
Menjalani hari selalu dalam kebersamaan membuat mereka jenuh, hingga suatu hari mereka memutuskan untuk berpisah selama tiga bulan tanpa ada komunikasi sama sekali. Akankah perubahan besar terjadi selama tiga bulan tersebut dan mengubah hidup mereka?
Ya, banyak perubahan yang terjadi dan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Ian berhasil menyelesaikan skripsinya, Genta dan Riani sukses dengan tugas-tugas dari kantor, Zafran semakin gigih mendekati Dinda adik Arial, sedangkan Arial sendiri berhasil mendapatkan pacar barunya. Perubahan perilaku yang positif sejak mereka berpisah, masing-masing menemukan kepribadiannya sendiri.
Pada hari yang sudah ditentukan, Genta menghubungi mereka untuk mempersiapkan perlengkapan yang harus dibawa, bertemu dan merayakan pertemuan tersebut, lalu menuju suatu tempat yang masih dirahasiakan. Genta, sang pemimpin yang telah merencanakan acara, membawanya ke tempat yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Petualangan dimulai, perjalanan jauh ditempuh demi mengukir kenangan indah bersama. Kali ini mereka berenam, ada Dinda adik Arial turut serta. Zafran yang memang sebelumnya jatuh cinta pada Dinda sangat bahagia.
Sampai pada salah satu stasiun kereta api, Genta baru menjelaskan tujuannya, tetapi lokasi sesungguhnya masih belum diungkapkan. Sengaja membuat kejutan dan penasaran sahabatnya.
Sesampainya di pos pertama Ranu Pani, barulah Genta menjelaskan rencana yang sesungguhnya, mendaki puncak gunung tertinggi di pulau Jawa sebagaimana telah mereka impikan selama ini. Kinilah saatnya pendakian dimulai, menuju Puncak Mahameru demi mengibarkan sang saka merah putih tepat pada tanggal 17 Agustus.
Perjalanan delapan belas jam menuju puncak harus ditempuh dengan jalan kaki. Melawan hawa dingin dan jarak yang jauh serta menanjak. Gelap juga menjadi salah satu faktor penghalang untuk sampai di puncak. Belum lagi asap belerang yang tercium tajam atau tanah yang dipijak terkadang menyulitkan langkah.
Kecelakaan sempat terjadi. Namun, perjalanan tetap bisa dinikmati dengan kompak hingga puncak. Saling menyemangati dan saling memahami. Saling membantu dan saling mengisi. Kunci utama untuk bisa sampai di puncak adalah kejujuran. Katakan jika memang lelah dan jangan dipaksakan. Meskipun hawa sangat dingin, tetapi harus dilawan dengan tetap bergerak.
Kisah cinta yang terjadi selama petualangan pun mengalir dengan indah. Layaknya terjadi pada kisah nyata. Sederhana tetapi luar biasa.