Makhluk kecil yang tak dapat dilihat mata telah diturunkan di negeri yang tak mengenal-Nya
Lalu memorandakan kehidupan dunia dan ekonomi mengalami keadaan sulit
Ketakutan akan kematian terjadi di mana-mana
Keadaan kian mencekam dan semakin rumit
Ketika umrah dilarang, bukanlah masalah pelik karena hanya orang mampu yang melakukannya
Rumah Allah bukan hanya di Mekkah dan Madinah, karena masjid bisa digunakan salat
Ulama pun mengeluarkan fatwa pelarangan salat Jumat, Tarawih dan Idul Fitri
Meluasnya daerah ter dampak menetapkan mudik menjadi larangan
Apakah Engkau marah pada kami, Yaa Rabb?
Masjid megah nan sepi, musala bertebaran nan lengang
Tarawih ramai di awal Ramadhan, mudik jadi alasan
Lebaran tanpa silaturahmi, bermaafan hanya notifikasi
Ya Rabbi,
Saat tak bebas lagi kami bersujud di rumah-Mu
Saat berjamaah dengan saudara kami terbatasi
Baru kami sadari arti kehilangan diri-Mu
Masjid mulai sunyi dari pujian dan celoteh kekanakan
Jalanan sepi dari ramainya para ibu hendak pengajian
Semua yang kami abaikan telah jadi pelarangan
Nikmat itu dicabut dan menggerogoti relung kedamaian
Ya Allah,
Pesan cinta apa yang ingin Kau sampaikan?
Tak sudikah Engkau melihat wajah kami?
Mendengar keluh kesah menatap tangis kami serta meraba senyum bahagia di rumah-Mu?
Ya Rabb,
Kami bisa merasakan saudara kami harus berjuang untuk bisa berada di masjid-Mu.
Sedang kami sering merasa malas menuju masjid yang hanya beberapa langkah
Sadar arti silaturahmi yang kami anggap basa basi.
Ya Rabb,
Janganlah Ramadhan terasa sepi
Tanpa tarawih dan tadarus meramaikan penjuru kampung.
Tanpa takbir menggema di seluruh pelosok negeri
Jangan Kau cabut nikmat yang berpuluh tahun namun kami abaikan
Bukankah kasih-Mu melebihi murka-Mu pada kami?
Engkau yang maha menghidupkan segalanya
Engkau jua yang mematikan segalanya
Ampuni kami
Terima tobat kami
Ridai usaha kami
Pertemukan kembali dengan Ramadhan yang penuh berkah
BGIB28, 24 Maret 2020