Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Cerpen | Bukan Pinus Biasa

Diperbarui: 17 Maret 2020   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan Pinus Biasa

Pagi itu, saat upacara  pemberangkatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, aku tak melihat Rama di antara para senior.

"Kenapa, Mel? Celingukan, seperti angsa nelan truk aja!" tanya Tina.

"Emang tu angsa dari  negeri mana?  Ngemilnya aja truk," elakku sebel.

"Cari Rama, ya?"

"Pakek nanya lagi." Sambil kulempar kulit manggis ke wajah Tina.

"Eeiit ...," Tina mengelak. Walhasil, kena kepala Kak Indah yang berdiri di belakangnya.

Dia memandangku dengan wajah wereworf di bulan purnama. Membuatku merinding.

"Ciiee! Dia kepala suku, pasti ikut. Nggak boleh ketinggalan. Kamu suka, ya?" Setengah berbisik Tina balik bertanya.

Rombongan berangkat usai Kepala Sekolah memberi wejangan panjang lebar --sepanjang pesisir Indonesia. Hanya dua barisan dari depan yang rapi, sisanya di belakang berkerumun seperti emak-emak mengocok kertas arisan.


 Perjalanan dua jam kami tempuh dengan mengendarai truk, yang biasa digunakan mengangkut tentara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline