Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Cerpen | Akhir Sebuah Pembuktian

Diperbarui: 22 April 2020   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir Sebuah Pembuktian

Any Sukamto

Siang itu, usai kuliah Bibah datang ke kosku sambil tersengguk, matanya yang bulat basah oleh air mata. Dengan suara lembut, perempuan berwajah manis itu  menceritakan semua kegelisahan yang mengendap di hati.

Dia tak pernah menduga sama sekali, bahwa sahabat terbaiknya ternyata tega mengkhianati kepercayaan yang diberikan. Sebagai teman lelaki terdekatnya, aku hanya tertegun, mencoba memahami dan mengerti keadaannya. Kebetulan kami berasal dari kota yang sama, dan satu jurusan di kampus biru ini.

Sejak saat itu, seolah dia menaruh harapan besar padaku. Ada sesuatu yang dia inginkan dan butuhkan. Mungkin saja sebagai pengganti sahabatnya itu, bisa juga pertolongan dariku,  atau ... mungkin cintaku? Entahlah.

Ada binar indah yang kutangkap dari sorot mata beningnya. Ada getar rasa yang tak bisa kunalar hadirnya. Ada rasa nyaman saat kami bertemu, dan aku membiarkan semua ini, serta tak ingin kehilangan kesempatan yang ada.

"Bibah, aku boleh bertemu orang tuamu?" tanyaku pada Bibah, setelah lima bulan kami berteman dekat.

"Tumben, ada apa?" tanya Bibah sambil memasukkan sesendok nasi ke mulut.

"Aku ingin melamarmu."

Seketika, mata Bibah terbelalak. Bibirnya diam mengunyah, dan seolah napasnya terhenti sesaat. Kemudian, dia terbatuk-batuk karena tersedak. Beberapa mahasiswa pengunjung kantin yang kebetulan duduk dekat meja kami pun menoleh.

Kusodorkan segelas minuman dingin yang ada di hadapanku. Segera diraihnya dan meneguk isi yang ada dalam gelas. Dia pun terlihat lebih tenang kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline