Lihat ke Halaman Asli

Kaya dan Miskin

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Katakanlah bahwa menurut ukuranmu, engkau adalah kaya dan pintar. Dunia mana tak engkau pijak, samudera apa yang tak engkau arungi! Tetapi, berhenti dan merenunglah sejenak. Engkau bisa mengaku kaya, tentu karena engkau lihat ada yang miskin. Begitu juga engkau mendongak dengan kepandaianmu, tetapi itupun karena engkau lihat ada yang bodoh sebagai bandingannya. Kalau saja didunia ini tidak ada yang miskin, apakah engkau dapat disebut kaya?

Kalau bukan karena orang-orang miskin itu, adakah kekayaan yang engkau miliki itu masih punya harga? Saya hanya ingin mengatakan bahwa, perbedaan yang ada pada dirimu bukanlah untuk menjadi bahan kepongahan, karena toh apa yang engkau rasakan justru karena ada orang lain yang menghargaimu. Pantaskah sang artis mengaku diri primadona panggung, padahal setiap dia tampil tak satupun penonton menyaksikannya!. Maka, merunduklah, dan rendahkan sayapmu!

Karena kekayaan yang engkau peroleh adalah fana dan masih membutuhkan manusia miskin lain untuk mengakuinya. Maka ulurkan tanganmu kepada mereka, manusia yang kebetulan belum mendapatkan pelita sebagaimana engkau telah menggenggamnya.

Ketahuilah, wahai para orang kaya, bahwa Rasulullah telah bersabda maka cintailah para du'afa diantara kamu, karena merekalah yang akan menolong kamu.

Dialah kunci surga yang menghantarkan setiap percikan hartamu karena infak dan sadaqahmu. Dialah tali Tuhan yang akan mengangkat engkau dari kelengahan. Orang-orang du' afa itu adalah mereka yang sangat sederhana dan tidak menuntut banyak , karena fitrah dirinya. Cobalah engkau simak!, Ketika bangunan megah bertingkat seratus itu telah berdiri, semua interior mewah telah diisi, dan engkau mendapat tepukan dan pujian, bahkan penghargaan Maka pada saat itu, dimanakah mereka wahai para kuli bangunan?

Tanpa kehadiran mereka, apakah mungkin gedung berdiri?. Padahal bisa jadi ketika bangunan itu masih kerangka dalam bentuk pancang tiang, ada diantara mereka yang terjatuh dan mati! Sedangkan anak istrinya menanti sepi, menunggu suaminya yang mati tanpa prosesi? Kalau saja kaya dan miskin bersatu dalam tauhid, Ahh....kenikmatan apalagi yang akan kau cari apabila persaudaraa telah membuka hijab simbol duniawi, kemudian menyatu dalam satu hymne akbar Laa Ilaha lllahlah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline