Lihatlah dunia hari ini! dengan ledakan informasi dan konsep Global Information Space (GIS ), maka dunia menjadi terasa bertambah sempit. Dengan kemajuan tehnologi informasi, seakan-akan dunia menjadi telanjang dimata umat manusia.
Amerika tidak mungkin berkilah lagi, ketika diam-diam dia melakukan invasi ke beberapa negara Islam untuk menghajar para pemimpin kita di negara muslim tersebut.
Hari ini kita memasuki neo renaissance yang sekaligus memasuki era of implosion (ledakan kedalam). Kalau dahulu dengan konsep renaisaance klasik yang menandai era of explosion (ledakan keluar) dengan melahirkan revolusi industri, maka dengan neo rcnaisance sekarang ini ledakannya bersifat kedalam, efeknya akan terasa mengguncang hati manusia sendiri. Tatanan etika bisa jungkir balik, rasa beragama menjadi kendor, dan agama hanya bisa dipakai diwaktu upacara, sebagai alat seremoni budaya semata-mata (upacara perkawinan dan kematian ).
Menghadapi dunia yang gonjang ganjing kelap kelip seperti ini, lantas bolehkah kita hidup menyendiri sebagai manusia individu yang total, tidak peduli dengan lingkungan? Masuk kedalam gua gelap untuk bartapa menutup pintu mengharap turunnya wangsit dari guru sejati seraya mengacuhkan tatanan sosial? Islam menjawab, No!
Eksistensi muslim berada didalam dunia yang nyata, untuk membawa misi sebagai syuhada 'alan naas, saksi-saksi kebenaran ditengah masyarakat, adalah Subjek khalifah fil ardhi yang harus mengelola lingkungan dan menyebarkan bunga mawar perdamaian (as salaam), seorang muslim adalah pelita kehidupan yang benderang. Bahkan Rasulullah bersabda Tidak beriman seseorang apabila dia tidak mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Bukanlah pengikutku, mereka yang perutnya kenyang sementara di sebelahnya ada tetangga yang kelaparan.
Hadist ini sangat jelas, menyentuh aspek kemanusiaan yang melambangkan cinta kasih dan solidaritas sosial yang paling muktabar. Itulah sebabnya sikap egoisme serta sikap fanatisme merupakan sikap mental yang sangat dilarang oleh agama.
Orang yang mulia disisi Allah adalah orang yang badannya penuh keringat, bajunya lusuh karena bekerja, ketika dimalam hari bisa jadi tubuhnya terasa pegal linu karena harus door to door menelusuri setiap lorong dan jalanan untuk menjajakan barang dagangan dengan tekad lebih baik aku mati berpeluh keringat untuk membela keluarga dan harga diri dari pada harus mampus berlumur dosa karena gengsi!. Kita harus bekerja, karena bekerja adalah iman, bekerja adalah Ibadah, bekerja adalah Islam , bekerja adalah manusiawi dan bekerja adalah mulia.
Ijasah dan koneksi bukanlah Tuhan! sehingga tidak ada alasan bagiku untuk menggantungkan diri kepadanya.
Hanya dengan terjun kedalam dunia nyata, berenang dalam gelombang manusia, berlaga dalam persaingan dan kemudian mengulurkan tangan membuka pikiran, bersilaturrahmi menyebarkan bahasa bunga seraya membuka mata hati untuk menolong sesama manusia, maka jadilah hidup ini mempunyai arti. Ketidak pedulian sosial adalah kenistaan . Tetapi rasa acuh dan tidak peduli dengan kondisi diri yang lemah dan malas adalah lebih nista dari segala yang nista. Islam mengajarkan untuk berhati-hati, agar kita tidak terperangkap dalam kemiskinan, karena kemiskinan itu lebih dekat pada kufur!
Dengan sangat jelas dan logis ajaran Islam menyuruh kita agar menghindarkan diri atau melarang menjadi seseorang yang hobinya miskin. Jadilah manusia yang bosan miskin dan lemah, karena hanya dengan kekuatan Iman dan kuatnya harta, maka kita lebih leluasa mengulurkan tangan bagi kejayaan umat dan agamanya. Bagi seorang Muslim, Cinta dan Kekuatan adalah lambang aktual dari Iman dan Amal. Dua mahkota ini tidak mungkin dipakai separuh-separuh. Karena Cinta tanpa Kekuatan adalah banci, dan kekuatan tanpa cinta adalah tirani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H