Baru-baru ini viral 'bantahan' Pasha Ungu atas tulisan Giring Ganesha yang mengkritisi Anies Baswedan di media sosial. Fakta bahwa keduanya adalah selebritas tanah air sebelum terjun ke dunia politik praktis, menambah kecepatan 'saling bantah' mereka menjadi viral. Apalagi, yang menjadi objek pembicaraan mereka adalah orang yang selama ini selalu dalam sorotan, yaitu Gubernur Jakarta, Anies Baswedan.
Anies Baswedan memang selalu berada dalam sorotan. Setiap survei tentang calon presiden potensial di tahun 2024 selalu memunculkan namanya. Maka tidak salah juga, pendapat bahwa salah satu upaya untuk mendapatkan panggung di media, adalah menunggangi nama Anies Baswedan. Saya yakin, kritikan yang dilayangkan oleh Giring Ganesha kepada Anies Baswedan adalah kritikan yang tulus.
Tapi kritikan itu juga sangat bagus untuk mengangkat nama Giring di media, apalagi mengingat posisi Giring sebagai salah satu ketua umum partai yang telah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di 2024.
Demikian juga dengan Pasha Ungu. Pria bernama asli Sigit Purnomo Said ini baru saja mengakhiri pengabdiannya sebagai wakil wali kota Palu. Kemunculannya dengan membantah tulisan Giring, tentu saja menyadarkan banyak orang bahwa beliau adalah seorang politikus. Apalagi, dalam bantahannya Pasha seakan 'menggurui' Giring tentang persoalan memimpin sebuah daerah.
Saya berpendapat, bahwa kedua orang ini, lepas dari segala kontroversi mereka, adalah calon pemimpin potensial di masa depan. Giring Ganesha yang memimpin partai yang mengindentikkan diri mewakili anak muda, dan berani sedini mungkin mencalonkan diri sebagai presiden, tentu menjadi sinyal bahwa beliau sangat serius dalam dunia politik.
Deklarasi dirinya sebagai calon presiden bisa saja adalah testing the water terhadap penerimaan dirinya di masyarakat. Apalagi jika mengingat bahwa partai yang dipimpinnya bahkan belum lolos parlementry treshold. Nah, bagaimana pula caranya beliau bisa memenuhi syarat presidential treshold sebesar 20 persen suara di parlemen?
Pasha Ungu, sebenarnya selangkah lebih maju. Palin tidak, dia telah menduduki jabatan politik sebagai wakil wali kota. Atau dengan kata lain, beliau sudah teruji pernah memenangkan kontestasi pemilihan umum, walau hanya skala kota. Pasha Ungu, bahkan hampir saja ikut berkontestasi di pemilihan gubernur seandainya tidak gagal dalam mendapatkan partai pendukung.
Kegagalan itu sendiri sangat disayangkan, karena beberapa survei justru menempatkan Pasha beserta pasangannya sebagai kandidat gubernur dan wakil gubernur yang diunggulkan. Artinya, paling tidak, Pasha Ungu sudah mendapatkan penerimaan yang cukup baik di sebuah daerah. Sesuatu yang masih perlu dibuktikan oleh Giring Ganesha.
Untuk itu, kedua politikus muda potensial ini memang membutuhkan media agar nama mereka muncul di top of mind masyarakat Indonesia. Ini sangat penting untuk kelansungan karier mereka di dunia politik.
Salah satu cara yang paling gampang adalah 'nimbrung' di perbincangan publik tentang masalah-masalah yang sendang hangat, apalagi jika membicarakan tentang orang yang juga sedang sangat disorot seperti Anies Baswedan.
Tentu saja tidak melulu harus Anies Baswedan dan masalah banjir Jakarta. Masih banyak tokoh dan masalah lain yang hangat untuk diperbincangkan. Namun tentu saja mereka harus tetap berhati-hati, untuk tidak asal ngomong. Mereka harus membuktikan kapasitas dan kapabilitas mereka lewat omongan yang berbobot. Sedikit keseleo lidah, akan kontra produktif dengan usaha mereka untuk merebut simpati masyarakat.