Lihat ke Halaman Asli

Mengakui Kesalahan

Diperbarui: 19 November 2015   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbuat kesalahan, sebagai manusia, tentulah pernah melakukannya. Namun seringkali karena besarnya ego, terlalu sungkan bagi kita untuk mengakui kesalahan yang kita lakukan. Padahal dari kesalahan itulah kita bisa belajar. Belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.

Namun entah mengapa, kita lebih memilih untuk mengkultuskan diri sendiri sebagai orang yang selalu benar. Karena merasa benar, kita cenderung bangga menghakimi orang lain. Padahal sejatinya kebenaran itu tidak menghakimi, kebenaran itu mencerahkan. Melalui proses belajar dari kesalahanlah kita tercerahkan akan suatu kebenaran.

Lalu, apakah kebenaran itu sendiri?  Milik siapakah kebenaran itu ?

Sesungguhnya kebenaran yang hakiki itu sejatinya hanya milik Allah, Yang Maha Suci. Adapun kebenaran pada kita, manusia, bukanlah kebenaran hakiki, tidak pula kebenaran yang mutlak. Karena semua bergantung pada persepsi,  kita melihat sesuatu dari sudut pandang kita masing-masing yang bisa jadi berbeda satu sama lain. We see what we want to see.

Karenanya, janganlah berbangga hati sebagai orang yang paling benar. Namun berbesar hatilah, dengan melakukan kesalahan yang kita akui sebagai kesalahan, kita mampu belajar tentang kebenaran.

Mohon maaf atas segala kesalahan, ijinkan saya untuk belajar dari kesalahan yang saya lakukan, agar saya mengerti bagaimana melakukan yang benar...

#serve : Satisfy-Ease-Reliable-Valuable-Empower




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline