Apakah kita pernah meminta pada Tuhan untuk lahir di negeri bernama Indonesia ? Tentu tidak. Dan jika Tuhan berkehendak lain, tentulah Dia mempersilahkan setiap kita untuk memilih ingin dilahirkan di mana dan dari orang tua yang mana. Maka terlahir sebagai Indonesia adalah takdir. Adalah kehendak Tuhan.
Lalu ternyata Indonesia adalah negeri dengan carut marut yang tidak membanggakan. Masing-masing kita sibuk saling menyalahkan. Kian hari kita semakin saja frustasi. Seolah hidup berbangsa dan bernegara bernama Indonesia ini kita tak lagi punya harapan dan tujuan. Hei, tunggu dulu.... Tujuan Indonesia berbangsa dan bernegara itu termaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang sampai saat ini belum tersentuh amandemen. Isinya masih sah dan berlaku.
Maka jika saat ini kita berbeda pendapat, kita saling baku antar sesama anak bangsa, jangan-jangan kita sudah lupa bagaimana nenek moyang kita berpeluh darah dan air mata serta untuk tujuan apa mereka melahirkan Indonesia.
Di dalam tujuan berbangsa dan bernegara itu maka Pancasila didaulat sebagai dasar-dasar berbangsa dan bernegara. Maka sudahkah sebagai anak bangsa kita berperilaku berbangsa dan bernegara sesuai dasar-dasar tersebut?
Kita terlalu asyik terlena menyaksikan dan mengagungkan budaya yang diadopsi dari kekaisaran Romawi bertajuk demokrasi, apa kita lupa di masa lalu nenek moyang kita pernah berjaya dengan Majapahit nya, Sriwijayanya atau Samudera Pasai nya ? Kenapa kita terkesan tidak rela menggali keunggulan demokrasi yang dihasilkan oleh nenek moyang kita sendiri yang tentunya lebih sesuai dengan budaya kita ? Lalu apakah layak kita mengaku bangga sebagai negara berdemokrasi yang pada kenyataannya tidak makin mengeratkan antar kita tapi justru memecah belah kita? Lalu apa amalan kita atas sila ketiga dasar negara kita, Pancasila?
Kini setelah kita semakin jauh dari dasar-dasar berbangsa dan bernegara, kita seolah telah kehilangan jati diri sebagai suatu bangsa. Kita kehilangan arah dan tujuan bernegara. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Bangsa mana yang peduli dengan keterpurukan kita? Kita ! Kitalah yang harus bertanggung jawab memperbaikinya. Kitalah yang harus peduli untuk bangkit dari keterpurukan.