Lihat ke Halaman Asli

Sebejat Apapun Muwahid, Pasti Masuk Surga!

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Merugi! Sungguh merugilah orang yang menyekutukan-Nya! Betapapun baiknya ia di dunia, tempat kembalinya adalah api yang menyala! “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ” (QS. An-Nisa: 48) “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya ialah neraka tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong pun. ” (QS. Al-Maidah: 72 ) “Dan siapa yang menemui-Nya dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya, pasti ia masuk neraka. ” (HR.Muslim) Orang yang menyekutukan Allah عز وجل memang sangat tidak tahu diri. Betapa tidak, ia tinggal di bumi Allah dan hidup dengan berbagai nikmat dari Allah. Semua fasilitas dari Allah: makanan, minuman, udara dan berbagai kebutuhan hidup lainnya ia dapatkan sejak lahir hingga wafatnya. Namun, mengapa ia membalas berbagai kenikmatan itu dengan enggan beribadah kepada Allah semata? Kenapa ia justru beribadah, bersyukur dan meminta kepada makhluk yang tidak memiliki dan menciptakan apapun, walaupun hanya seekor lalat? Adakalanya orang yang bergelimang syirik berbuat baik kepada manusia: selalu membagi-bagi sembako, menolong orang-orang kelaparan, membantu orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dan melakukan berbagai perbuatan mulia lainnya. Ia bisa berakhlak baik kepada makhluk namun mengapa ia tidak bisa berakhlak baik kepada Tuhannya? Kenapa ia, bisa-bisanya berbuat jahat dan zalim terhadap Tuhannya? “Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13) Makanya, wajar dan sangat wajarlah jika neraka tempat kembalinya. Kekal selama-lamanya! Jika ini balasan bagi orang yang mengakui Allah sebagai Tuhannya, namun ia menyekutukan-Nya, lalu apa imbalan bagi orang yang tidak mengakui sama sekali bahwa Allah adalah Tuhannya? Manakah yang lebih keji antara orang yang menyekutukan-Nya dengan yang tidak mengakui-Nya sama sekali? Jika tadi merupakan nasib orang-orang yang menyekutukan-Nya atau mengingkari-Nya di akhirat kelak, lantas apa nasib orang-orang yang mengesakan-Nya? Bergembiralah! Hendaknya bergembiralah orang yang mengesakan Allah عز وجل.  Betapapun besarnya dosa yang ia lakukan dan kendatipun beratnya kenistaan yang ia kerjakan, jika ia mati dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun, pasti Allah عز وجل akan memasukkannya ke surga! “Siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. ” (QS. Al-Kahfi: 110) “Allah Ta’ala berfirman: ‘Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikit pun, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula. ” (HR. Tirmidzi) “Siapa yang menemui Allah dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun, pasti masuk surga. ” (HR.Muslim) Maka bersyukurlah orang yang menauhidkan Allah عز وجل. Dan berbahagialah orang yang mengesakan-Nya. Sebab, berbagai kabar gembira menantinya. Tapi… >>Jangan sampai seseorang merasa sudah menauhidkan Allah, namun sebenarnya ia belum menauhidkan-Nya. Ia merasa telah bersih dari syirik, namun ternyata telah jatuh kepada kemusyrikan tanpa disadari. Ia merasa sudah di “surga”, tapi karena satu syirik yang ia kerjakan, ternyata itu mencampakkannya ke dalam neraka selama-lamanya! Lantas apa sajakah contoh-contoh syirik sehingga kita bisa menghindarinya? Lihat ini dan ini. >>Jangan sampai seseorang merasa sudah menauhidkan Allah, lantas tidak berbuat baik kepada makhluk. Jangan sampai karena merasa tidak berbuat zalim terhadap Allah, tapi malah berbuat zalim terhadap manusia, hewan dan alam. Sebab, walaupun ia  mati tidak menyekutukan-Nya dan tidak berbuat kufur terhadap-Nya, namun jika ia berbuat zalim kepada makhluk ia pun akan dicampakkan ke dalam neraka. Suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya kepada para sahabatnya , “Tahukah kalian siapakah orang bangkrut itu? Mereka pun menjawab, “Orang bangkrut di antara kami yaitu orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula harta benda. Beliau berkata, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku, yaitu orang yang datang di hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencela ini, menuduh ini dan itu, memakan harta ini dan itu, menumpahkan darah ini dan itu, memukul ini dan itu. Akhirnya beberapa pahalanya diberikan kepada si ini dan beberapa pahalanya yang lain diberikan kepada si itu. Kalau pahalanya sudah habis sebelum ditunaikan kewajibannya maka diambillah beberapa dosa dari orang-orang yang dizaliminya dan dilemparkan kepadanya, kemudian ia pun dimasukkan ke dalam neraka. “ (HR. Muslim) Ya, memang ia tak kekal di dalamnya dan ujung-ujungnya masuk surga, karena ia seorang muwahid. Tapi, apakah ia mau mencicipi sedikit saja siksa neraka? Padahal Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengabarkan: “Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada kedua telapak kakinya dua bara api neraka, maka mendidihlah karena itu otaknya. “ (HR. Bukhari no.6561 dan Muslim no.213) Jika yang paling ringannya saja seperti ini,  lantas bagaimana yang paling beratnya?! Kalau merasakan itu sesaat, mungkin ‘mending’. Tapi kalau berminggu-minggu? Berbulan-bulan? Bertahun-tahun? Padahal, di akhirat nanti satu hari itu seperti 50.000 tahun di dunia! “Seseorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi, untuk orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. ” (QS. Al-Maarij: 1-4) “Tidaklah seseorang yang memiliki emas atau perak lalu ia tidak menunaikan haknya, melainkan bila datang hari kiamat dibentangkan baginya batu-batu yang lebar dari api lalu dipanggang di dalam neraka jahannam, kemudian disetrikalah perut, dahi dan punggungnya dengan itu. Setiap kali sudah dingin maka akan dikembalikan seperti semula (disetrika lagi) pada masa di mana satu harinya ketika itu sama dengan 50.000 tahun sampai diputuskan perkaranya diantara manusia maka dia akan melihat jalannya, apakah ke surga atau neraka.” (HR. Muslim no. 2287) Maka, jangan coba-coba masuk neraka! Jakarta, 4 Dzulqa’dah 1432/2 Oktober 2011 anungumar.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline