Lautan adalah rumah bagi delapan puluh persen kehidupan di bumi. Dengan sebagian besar lautan belum dijelajahi hingga kini, Lautan adalah sumber inspirasi yang tidak bisa di rusak.
Akan tetapi fonomena-fenomena yang kita lihat, berita yang mengabarkan tentang matinya paus akibat dari membuang sampah plastik ke laut, di temukan dalam perut paus terdapat sampah.
Kisah tentang betapa besar dampak kita terhadap laut. Terdamparnya hewan-hewan ini dengan perut penuh plastik sangatlah memprihantinkan.
Bukan hanya kecerdasan luar biasa mereka, akan tetapi karena mereka bahkan membantu menjaga kelangsungan hidup lautan. Pada saat lumba-lumba dan paus bernapas ke permukaan laut mereka menyuburkan tumbuhan laut kecil di lautan yang disebut Fitoplankton.
Yang setiap tahun menyerap empat kali lipat jumlah karbon dioksida yang diserap hutan hujan amazon, dan menghasilkan hingga delapan puluh lima oksigen yang kita hirup hingga kini.
Jadi , dunia yang prihatin dengan dan perubahan iklim, melindungi hewan-hewan ini berarti melindungi planet biru kita ini. Jika lumba-lumba dan paus mati, maka lautan mati. Jika lautan mati, begitu pula kita. Dengan begitu banyak paus yang mati masa depan akan tampak suram.
Faktanya saat ini, plastik setara dengan satu truk sampah di buang ke laut setiap menit, bergabung dengan lebih dari 150 juta ton yang sudah mengapung di sana
Namun, plastik akan terurai menjadi potongan kecil Microplastik yang kini melebihi jumlah bintang di galaksi bima sakti setidaknya 500 kali lipat. Dan menyerap kesetiap makhluk hidup yang berada di lautan, pada dasarnya lautan kita telah berubah menjadi sup plastik beracun.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik yakni menggunakan tas belanja yang ramah lingkungan dari rumah kita, menggunakan plastik yang bisa di daur ulang kembali, dari sampah plastik tersebut ada yang memanfaatkan atau mendaur ulang untuk menjadi bahan baku usahanya. Yang awalnya hanyalah sampah plastik akan jadi sesuatu yang bernilai ekonimis ketika mengelolanya dengan tepat.
perubahan di mulai dari diri kita sendiri dahulu. Jadi, marilah kita bijak dalam menggunakan peralatan berbahan plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H