Lihat ke Halaman Asli

Anugrah Roby Syahputra

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Mengapa Saya Enggan Datang ke Kajian Ustadz Rahmat Baequni?

Diperbarui: 29 Juni 2021   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshot Kajian URB dari Youtube Teras Dakwah (dokpri)

Nama Ustadz Rahmat Baequni seketika menjadi populer pasca viralnya potongan ceramah sang dai seputar Masjid Al Safar di Rest Area KM 88 yang dituduhnya berdesain khas persaudaraan rahasia, Illuminati. Pasalnya --menurut URB- di bagian mihrab terdapat simbol segitiga. Begitu pula dengan arsitektur masjid secara keseluruhan. 

Atas inisiatif MUI Jabar, URB kemudian didudukkan satu meja dengan Ridwan Kamil, Gubernur Jabar yang juga arsitek masjid tersebut dalam sebuah forum tabayyun. Ujungnya adalah pernyataannya yang lebih berbahaya lagi:

"Haram hukumnya simbol itu ada di dalam masjid karena simbol itu akan membatalkan salat kita dan akan menggugurkan tauhid kita. Betul?"

Secara fiqih, kalimat tersebut sangat problematis. Apakah ada dalil yang menyatakan bahwa simbol segitiga adalah haram? Ulama manakah yang telah berfatwa demikian? Atau barangkali URB telah membuat ijtihad sendiri sehingga muncul soal lanjutan: apakah URB memang tergolong ulama mujtahid? 

Inilah sebagian alasan kenapa saya enggan datang ke kajian URB ketika beliau datang ke kota saya untuk mengadakan tabligh akbar. Sejumlah komunitas anak muda hijrah sangat semangat menyebarkan informasi acara ini dan mengajak karibnya hadir. Niatnya tentu bagus sebagai syiar dakwah Islam. Tapi bagaimana dengan isinya?

Baca juga : Pembohongan publik dan penistaan ajaran agama lain oleh (ustadz) Rahmat Baequni.

Fenomena Kajian Akhir Zaman

Belakangan ini kajian tentang fenomena akhir zaman amat laris manis. Masjid membludak dipadati jamaah yang penasaran dengan cerita-cerita tentang Dajjal, Nabi Isa as dan Imam Mahdi. Saya senang dengan realitas ini. 

Sayangnya, sejumlah muballigh sering kebablasan. Karena ini adalah perkara ghaib, maka seyogianya pembahasannya mesti dicukupkan pada uraian periwayatan yang shahih, atau seminimalnya hasan.

Jika ada tafsiran ulama, harus disebutkan menurut pendapat siapa. Sehingga umat tahu bahwa pendapat tersebut bukanlah absolut atau ijma' yang wajib diikuti. Sementara bila ada tambahan yang berasal dari hadits-hadits yang dhaif, maka harus ada keterangan penjelasnya. Apalagi jika dibumbui dari kisah israiliyat bahkan cerita anonim yang lebih tepat disebut mitos.

Yang paling mengerikan bagi saya adalah memastikan peristiwa tertentu di masa kini dengan nubuwwat Nabi SAW. Misalnya ada sebagian pegiat kajian akhir zaman yang menyebut bahwa Imam Mahdi telah bersama Ashhabu Rayatis Suud yang kemudian dipastikan pasukan tersebut adalah Thaliban di Afghanistan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline