Lihat ke Halaman Asli

Anugrah Roby Syahputra

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Reruntuhan Kota dan Instrospeksi Kita

Diperbarui: 1 Maret 2018   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesquita Cordoba. Sumber: notjustatourist.com


@anugrah.roby

Cordoba adalah memori pahit bagi ummat. Ingatan akan kegemilangan peradaban pupus dimakan ambisi serta ketamakan. Luasnya kekuasaan dan jayanya aneka ragam pengetahuan tak jaminkan keselamatan. Hadirnya Abul Hasan Ali ibn Nafi' alias Ziryab kemudian mengawali pudarnya abad keemasan itu. Alunan musik yang melenakan telah alihkan perhatian orang dari ilmu kepada hiburan semata. Inilah awal mula sejarah kelam pembantaian saudara kita di Andalusia.

Demikian pula Baghdad. Hamparan kemegahan yang menjulang perkasa ambruk sekejap saja dihempas badai kekejian. Meski ada faktor luar, tak bisa dipungkiri unsur kelemahan internal juga mendominasi. Namanya saja yang khilafah, tapi model pengaturan negaranya, tutur Abul A'la Al Maududi adalah kerajaan. Judulnya memang masih Islam, tapi di istana juga kemaksiatan dan intrik politik bertaburan. Sampai akhirnya 80.000 kaum muslimin bersimbah darah dan koleksi kitab di Baytul Hikmah dibakar amarah Tartar hingga sungai Eufrat berubah jadi hitam dan merah.

Di Pasee, harmoni antara ulama dan umara berpaut pada puncaknya di bawah kepemimpinan Marah Silu atau lebih dikenal dengan nama Sultan Malikus Saleh. Marco Polo dan Ibnu Bathuta merekam kehebatan kerajaan di ujung Sumatra ini. Namun sayang, kegagalan kaderisasi pemimpin (karena lupakan Islam) jadi salah satu sebab kemundurannya. Maka benarlah Syakib Arselan yang menegaskan bahwa kegagalan umat ini disebabkan ulah kita yang meninggalkan pedoman Tuhan melalui agama.
.
"Saat kejayaan, kemenangan, keunggulan adalah saat iman, dan saat keruntuhan, keterjajahan, keterpurukan, adalah saat hilangnya iman. Sebagaimana iman menciptakan keajaiban di alam jiwa, seperti itu juga ia menulis cerita keajaiban di alam kenyataan. Gelora dalam jiwa pun menjelma menjadi prestasi-prestasi sejarah. Dari rahim dan madrasah iman dalam sejarahnya telah berkali-kali melahirkan manusia besar, para pahlawan (banyak amal shalih dan pahalanya)." (Abu Hasan Ali Al Hasani An Nadwi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline