Laut China Selatan (LCS) atau juga disebut dengan Laut Tiongkok Selatan, terletak pada laut bagian tepi Samudra Pasifik yang membentang dari Selat Karimata, Selat Malaka, hingga Selat Taiwan. Pada buku yang diterbitkan oleh Organisasi Hidrogafi Internasional dengan judul "Limits of Oceans and Seas, 3rd Edition (1953), posisi laut ini terletak di sebelah selatan Tiongkok, sebelah timur Vietnam, sebelah barat Filipina, sebelah timur dari Semenanjung Malaya serta Sumatra hingga selat Singapura bagian barat, dan juga di sebelah utara Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan.
Laut China Selatan ini terkenal dengan keindahan alamnya serta kekayaan sumber daya alamnya, hal ini membuat adanya potensial yang besar dalam ancaman konflik di laut tersebut terhadap kedaulatan negara kita. Bagaimana potensial dalam ancaman konflik tidak besar, dikarenakan banyak negara-negara yang menyengketa Laut China Selatan seperti negara Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, serta terakhir yaitu negara China.
China mengklaim wilayah Laut China Selatan dengan sebutan nine-dash line yang jaraknya membentang 2.000 km dari daratan, bahkan klaim nine-dash line mencapai perairan di dekat Malaysia serta Indonesia. Klaim yang dilakukan oleh China tersebut dengan penyebutan klaim "nine-dash line" sangat membahayan kedaulatan negara Indonesia.
Terdapat beberapa insiden dan konflik yang terjadi di Laut China Selatan terlibat dengan China seperti:
- Vietnam, di tahun 1998 adanya sebuah peristiwa konflik di Pulau Spratly. Penyebab dari peristiwa ini dikarenakan adanya perebutan wilayah serta sumber daya alam, hal ini menyebabkan 64 tentara Vietnam tewas.
- Filipina, di tahun 2012 adanya peristiwa di Scarborough yang dimana kapal perang milik China ini melakukan tabrakan diri kepada kapal nelayan Filipina. Penyebabnya adalah adanya sengketa perebutan wilayah serta kekayaan sumber daya alam.
- Malaysia, di tahun 2016 adanya peristiwa yang dimana antara kapal perang China serta kapal Malaysia saling berhadapan di dekat Karang Beting Pamansi. Penyebabnya adalah perebutan wilayah serta kekayaan sumber daya alam.
- Brunei Darussalam, di tahun 2023 adanya peristiwa yang dimana kapal perang China tersebut memasuki wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) tanpa izin dari pihak negara Brunei. Penyebab dari peristiwa ini sengketa wilayah serta kekayaan sumber daya alam.
- Indonesia, di tahun 2024 adanya peristiwa yang dimana kapal nelayan dari negara China ditangkap oleh Badan Keamanan Laut (BAKAMLA). Dikarenakan kapal nelayan China tersebut memasuki perairan wilayah Indonesia secara illegal, dan penyebab dari peristiwa ini yakni perebutan wilayah serta perebutan kekayaan sumber daya alam.
Itu masih beberapa contoh konflik yang terjadi di Laut China Selatan yang terlibat dengan negara China, banyak insiden lain selain yang disebutkan diatas yang dimana bukan hanya terlibat dengan negara China saja. Akan tetapi yang terlibat dengan negara-negara yang juga menyengketa Laut China Selatan.
Baru-baru ini ada konflik baru di Laut China Selatan yang dimana melibat 2 negara yaitu negara China serta negara Filipina, situasi diantara kedua negara tersebut sangat tegang. China yang tegas dengan membela haknya di Laut China Selatan sampai adanya sebuah momen kapal Coast Guard China dan Coast Guard Filipina bertabrakan, bukan hanya itu saja. Kapal Coast Guard China juga tidak segan menembakkan meriam air kepada kapal Coast Guard Filipina serta kapal nelayan Filipina.
Dari kejadian ini, diharapkan agar pemerintah Indonesia bersikap tegas dalam meminimalisir konflik kejadian tersebut baik dari China serta negara-negara yang pernah terlibat sengketa dengan Indonesia serta juga menjaga kedaulatan negara Indonesia dari ancaman konflik di Laut China Selatan. Langkah-langkah yang harus diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga kedaulatan serta meminimalisir ancaman konflik di Laut China Selatan yaitu:
- Mengadakan pertemuan diplomatik dengan negara-negara yang mengklaim wilayah
Dengan adanya pertemuan ini dapat menyelesaikan masalah konflik Laut China Selatan dan membuat suasana menjadi kondusif. - Melakukan modernisasi serta penambahan terhadap alutsista pertahanan serta sistem pertahanan
Dengan adanya modernisasi dan penambahan alutsista pertahanan ini dapat memperkuat pertahanan serta penjagaan di wilayah Laut China Selatan dari pihak asing. Misal seperti membeli alutsista yang canggih atau membuat alutsista laut mandiri dengan jarak endurance yang lama. Langkah ini sangat penting dikarenakan untuk menjaga wilayah perbatasan dibutuhkan alutsista yang mumpuni agar dapat efektif dalam melakukan patrol. - Melakukan patrol secara rutin
Dilakukannya patroli secara rutin selama 12 jam secara bergantian dengan kompi yang lain, patroli ini dilakukan baik dari instansi Kementerian Kelautan dan Perikanan, BAKAMLA, POLRI, serta TNI. Tujuannya yakni untuk meminimalisir kejadian dari nelayan negara asing yang memasuki serta menangkap ikan tanpa izin dan ilegal. - Membangun serta menambah insfrastruktur pangkalan
Pemerintah diharapkan dapat menambah serta membangun insfrastruktur pangkalan yang dimana tujuannya yakni agar negara sigap dalam segala ancaman konflik yang tidak dapat terprediksi atau yang tidak terduga. Penambahan dan pembangunan insfrastruktur pangkalan tersebut bukan hanya untuk instansi TNI saja, melainkan instansi-instansi lain seperti dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, POLRI serta BAKAMLA.
Itulah langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk meredam suasana di Laut China Selata, serta menjaga kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut dari ancaman konflik. Akan tetapi dibutuhkan kerjasama yang baik dengan instansi-instans tersebut serta langkah-langkah tersebut harus di dukung secara konsisten oleh pemerintah, apabila tidak didukung serta tidak konsisten. Maka langkah-langkah tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik dan ancaman konflik di Laut China Selatan bagi kedaulatan Indonesia berpotensi sangat besar. Mari kita jaga wilayah kedaulatan kita terutama di wilayah Laut China Selatan demi generasi yang akan mendatang serta juga terhindar dari ancaman konflik dari pihak negara asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H