JAKARTA – Pasar Santa, sebuah nama yang tak asing bagi warga Jakarta khususnya di kawasan Jakarta Selatan. Pasar ini merupakan surganya para pecinta fashion, kuliner dan juga barang-barang unik dan jadul.
Nuansa hipster dan vintage yang kental menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang berasal dari berbagai kalangan usia. Pada masa kejayaannya, Pasar Santa tidak hanya menjadi pusat perbelanjaan tradisional, tetapi juga menjadi representasi kekuatan komunitas dan dinamika sosial.
Berbagai lapak pedagang di Pasar Santa menawarkan aneka kebutuhan sehari-hari mulai dari bahan makanan, pakaian, hingga kebutuhan musiman seperti dekorasi ulang tahun.
Pasar ini dikenal menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk berinteraksi dan bertransaksi dalam atmosfer yang hangat dan hidup.
Seiring dengan perkembangan di era digital dan modernisasi, kini bisa dibilang Pasar Santa tidak lagi berada pada masa kejayaannya.
Kilas balik kisah kejayaan Pasar Santa
Pasar Santa didirikan pada tahun 1971 yang berlokasi di Jalan Cipaku I No.233, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kala itu, sekitar tahun 2014 sampai 2015 Pasar Santa berada pada masa keemasannya.
Menurut salah satu pedagang toko pernak-pernik dekorasi, Nurul (41) yang diwawancarai di Pasar Santa pada sabtu (20/7/24).
“Dibeberapa tahun lalu memang banyak komunitas disini, lagi padat-padatnya Pasar Santa, banyak buka kios kuliner, barang-barang antik, kaset-kaset dan piringan hitam juga banyak," ujarnya.
Saat itu, harga kios masih relatif murah sehingga banyak pedagang yang mayoritas anak muda mengambil peluang membuka kedai kopi atau tempat makan unik dan kekinian. Hal itu mendorong pertumbuhan komunitas dan bisnis di Pasar Santa.