Banyak cara bagi anak desa menanti tibanya waktu buka puasa, salah satunya dengan bermain meriam bambu. Permainan tradisional ini banyak dilakukan anak-anak di wilayah pelosok tidak terkecuali di Kabupaten Aceh Tengah.
Dalam permainan ini anak-anak membuat meriam dari batang bambu yang dipotong-potong, lalu di bagian depan dan belakang diberi lubang kemudian dimasukkan sedikit air dan karbit dan ditutup menggunakan kain. Setelah bambu ditutup di bagian depan dan belakang, sekitar satu menit lamanya dibiarkan karbit menguap lalu disulut sehingga meledak layaknya letusan mercon.
Meski demikian meriam bambu tidak terlalu berbahaya seperti petasan, sebab meriam bambu ini bahan bakarnya hanya menggunakan karbit. Selain itu permainan ini murah meriah tidak seperti petasan yang harganya puluhan ribu rupiah. Permainan meriam bambu ini dilakukan di tempat terbuka yang jauh dari pemukiman warga, sebab bunyi ledakan meriam ini sangat menggelegar membuat orang terkejut.
Kebiasaan permainan meriam bambu ini rutin dilakukan oleh anak-anak di sore hari sambil menunggu tibanya buka puasa. Hal ini berlangsung sejak dahulu sebab permainan ini tergolong permainan tradisional anak pedesaan. Menjelang azan magrib dan hendak masuk buka puasa, anak-anak yang bermain meriam bambu pulang ke rumah masing-masing.
Lain halnya dengan petasan (mercon), banyak sudah kita tahu bersama bahwa petasan tersebut beresiko tinggi, dapat mengakibatkan luka bakar dan lebih parahnya lagi dapat menyebabkan kebakaran. Maka permainan meriam bambu ini lebih aman untuk digunakan oleh anak-anak namun harus tetap dalam pengawasan orang dewasa.
Ini merupakan salah satu bentuk kemeriahan atau keceriaan anak-anak dalam menyambut bulan Ramadhan. [FT-LL]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H