“Hore…hore…Ama pulang! Ama..ama.. ada bawa tape gak? opak Ma? Kripik Ma?” begitulah sedikit anak penulis saat penulis baru sampai dirumahpulang dari tempat tugas di Kecamatan Linge. Dan pertanyaan ini selalu terucap dari anak-anak saya sampai saat ini. Sungguh lucu rasanya namun dari pertanyaan-pertanyaan inilah penulis menganggap bahwa tapai, opak dan makanan yang mereka sebut itu sudah melekat dihatinya yaitu kalau sudah pulang dari daerah Kecamatan Linge khususnya Isaq pastinya jenis makanan itulah yang selalu didambakan.
Tapaiadalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan.Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari ketan hitam maupun ketan putih, hasilnya disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan".
Dalam proses fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis mikroorganisme sepertiSaccharomyces cerevisiae,Rhizopus oryzae,Endomycopsis burtonii,Mucorsp.,Candida utilis,Saccharomycopsis fibuligera,Pediococcussp., dan lain-lain. Tapai hasil fermentasi dariS. cerevisiaeumumnya berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket.Umumnya, tapai diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut.
Tapai Gading atau Tapai Isaq, begitulah orang-orang sering menyebutkan tapai singkong ini. Tapai singkong ini dibuat oleh warga Kampung Gelampang Gading Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah dan dijual di kedai-kedai pinggiran ruas jalan Takengon-Blang Kejeren tepatnya di simpang Kampung Gelampang Gading hingga Isaq Kecamatan Linge. Salah satunya seorang ibu rumah tangga yang tergabung dalam wadah Kelompok Wanita Tani “INGIN MAJU” binaan penulis, yang bernama Ibu Sarmi telah yang mengusahakan bidang hasil olahan ubi kayu menjadi tapai singkong. Awalnya kegiatan usaha kecil-kecilan untuk membuat tapai singkong ini bermula dari usaha orangtua beliau dan diteruskan kepadanya dan lima saudaranya, kemudian sampai saat ini mayoritas warga petani di Kampung Gelampang Gading ini sudah mengikuti kegiatan usahatani membuat tapai singkong. Untuk bahan bakunya seperti singkongnya, beliau dan warga setempat sudah hampir rata memiliki kebun/ladang khususnya ditanami ubi kayu/singkong. Sehingga dalam mengusahakan membuat suatu produk olahan ubi kayu menjadi tapai singkong ini mereka tidak memiliki kendala yang berat, sebab bahan bakunya tidak dibeli dari orang lain, namun dapat diambil dari kebun/ladangnya masing-masing.
Pada tahun 2007 melalui Program Ketahanan Masyarakat, Kelompok Wanita Tani “INGIN MAJU” yang beliau pimpin, pernah dibantu modal usaha sebesar Rp. 15.000.000,- untuk Kelompok Tani pengolahan hasil olahan tanaman pangan. Waktu itu Program Ketahanan Masyarakat ini bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah. Dalam program ini selain diberikan bantuan modal usaha, ada juga diberikan pembinaan/pelatihan agar kegiatan usahatani kelompok ini dapat berkembang dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani khususnya dan pada masyarakat setempat umumnya. Dan pada kegiatan pembinaan inilah awalnya produk hasil olahan tapai singkong yang dibuat oleh Kelompok Wanita Tani ini untuk dikemas dalam bentuk kotak plastik dan diberi label, dimana sebelumnya tapai singkong hanya dibungkus dengan daun pisang. Ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dapat lebih menarik dan diminati oleh konsumen yang ingin membelinya. Banyak berperan dalam memajukan kegiatan usaha tani Kelompok Wanita Tani “INGIN MAJU” tersebut adalah salah satunya Bapak Husaini A. Jalil, Ibu Sadiyatul Asri, Bapak Fathan dan Kepala BPP Kec. Pegasing (pada tahun itu Kecamatan Linge masih masuk dalam wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pegasing). Dengan program bantuan dana ataupun pembinaan/penyuluhan serta ide-ide kreatif merekalah sehingga dirasakan manfaatnya sampai sekarang ini yaitu produk tapai singkong ini sudah banyak dikenal oleh orang-orang yang sering singgah sewaktu bepergian melewati ruas jalan Takengon ke Blang Kejeren.
Ketua Kelompok Wanita Tani ini juga menerangkan bahwa membuat tapai singkong ini dengan menggunakan tungku yang masih sederhana untuk merebus ubi kayu ini. Beliau menambahkan dalam satu hari hanya menghabiskan 6-8 batang ubi kayu dan ini dapat menghasilkan tapai singkong sekitar 200 bungkus kotak plastik dan 50 buah yang dibungkus dengan daun pisang, dan setelah siap menjadi tapai lalu dititipkan ke kedai-kedai pinggiran ruas jalan Takengon-Blang Kejeren. Kemudian jangka waktu selang dua hari beliau membuat lagi dan begitu seterusnya. Hasil dari tapai singkong ini menurut pendapat Ibu Sarmi sudah lumayan untung, setiap harinya mereka bisa mendapat keuntungan sekitar Rp. 130.000,- sampai Rp. 150.000,-. Sambil bercanda beliau juga berkata sembari tersenyum “Untung kami hanya ubi kayunya diambil dari kebun sendiri”.
Namun untuk saat sekarang ini beliau dan anggota kelompok taninya sudah menghasilkan bermacam-macam jenis hasil olahan makanan selain tapai singkong berupa kerupuk opak, keripik pedas, keripik ketela ungu dan juga produk dari bahan lainnya seperti rengginang, kue bawang dan keripik pisang. Jadi kalau ada yang bepergian melewati jalan Takengon-Blang Kejeren dapat sudah menikmati beragam jajanan/makanan kecil bisa disantap baik saat diperjalanan atau dapat pula dibawa sebagai oleh-oleh sampai ke tujuan.
Banyaknya sudah produk hasil olahan yang telah dibuat oleh para petani kita, kami dari Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Linge akan tetap melaksanakan pembinaan/penyuluhan dalam menyampaikan ide-ide dan informasi-informasi teknologi dimana untuk meningkatkan mutu kualitas produk hasil olahan mulai dari kemasan yang menarik hingga rasa/penampilan makanannya dan lain sebagainya, ini bertujuan agar semangat kerja keras anggota kelompok tani ini khususnya atau masyarakat Kampung Gelampang Gading tidak luntur sehingga produk yang mereka hasilkan itu dapat dikenal dan dapat dipasarkan hasil produknya ke luar Kecamatan Linge, kalau bisa ke luar Kabupaten Aceh Tengah hendaknya.
Pengalaman
penulis sejak bertugas di Kecamatan Linge, bermacam jenis produk hasil makanan olahan tersebut diatas sudah menjadi oleh-oleh setiap kali sewaktu ingin pulang ke rumah sebab sudah banyak diucapkan oleh orang-orang kalau kamu ada bawa tapai gading atau tapai Isaq itu baru benar kamu sudah dari Kecamatan Linge. Tak lengkap rasanya bila belum mencicipinya.[PPL-ft]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H