Lihat ke Halaman Asli

Anugrah Fitria Berliannanda

Dinas Sosial KBPP Kabupaten Pemalang

Literasi Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak SMK: Langkah Awal Menuju Kesadaran Kolektif

Diperbarui: 24 November 2024   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesi Paparan

Dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pencegahan kekerasan seksual di kalangan pelajar, sebuah penyuluhan literasi pencegahan kekerasan seksual digelar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Dukuhturi. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 36 siswa dari berbagai jurusan, serta guru wali kelas sebagai pendamping.

Penyuluhan ini diselenggarakan melalui kolaborasi tim PMB UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, bekerja sama dengan Pekerja Sosial Profesional, sebagai mitra program literasi sosial. Dengan mengusung tema "Lindungi Diri, Jaga Masa Depan", kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman menyeluruh tentang kekerasan seksual, jenis-jenisnya, dampaknya, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh siswa SMK.

Membangun Kesadaran Melalui Edukasi

Dalam sesi pembukaan, Bapak Teguh selaku wali kelas menyampaikan bahwa angka kekerasan seksual di Indonesia masih memprihatinkan, terutama pada remaja usia sekolah. "Literasi pencegahan kekerasan seksual sangat penting untuk ditanamkan sejak dini, terutama di tingkat SMK. Siswa harus tahu bagaimana melindungi diri mereka dan saling menjaga," ungkapnya.

Penyuluhan ini juga menyoroti peran penting lingkungan sekolah sebagai tempat yang aman bagi siswa. "Sekolah harus menjadi zona nyaman di mana setiap anak merasa dilindungi. Edukasi ini adalah salah satu cara menciptakan rasa aman tersebut," tambah Teguh.

Materi Penyuluhan

Penyuluhan dibagi menjadi beberapa sesi interaktif yang disampaikan oleh Anugrah Fitria Berliannanda yang akrab di sapa dengan "Bella". Pada sesi pertama, peserta diberikan wawasan tentang definisi kekerasan seksual, termasuk bentuk-bentuk yang sering terjadi, baik secara fisik maupun non-fisik. Penyuluhan juga mengedepankan bahaya kekerasan berbasis teknologi yang marak terjadi di era digital. Sesi selanjutnya, diisi dengan simulasi cara menghadapi situasi berisiko kekerasan seksual. Melalui role play, siswa diajak mempraktikkan cara berkata "tidak" dan melaporkan insiden kepada pihak berwenang. Narasumber menekankan pentingnya keberanian berbicara ketika merasa terancam.

Role Play Session

Respons Antusias dari Peserta

Penyuluhan ini mendapat sambutan yang sangat baik dari siswa. Evi, salah satu peserta, menyampaikan rasa terima kasihnya atas penyuluhan ini. "Selama ini, kami kurang paham tentang bahaya kekerasan seksual, apalagi bentuknya yang tidak langsung seperti di media sosial. Penyuluhan ini membuka wawasan kami dan membuat kami lebih waspada," ujarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline