Lihat ke Halaman Asli

Alasan, Dalih Dan Belenggu Diri

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa yang tak mengenal sebuah kata  "ALASAN/DALIH" ?, pastilah kita sangat akrab dengan dua kata tersebut, Kalau kita mau jujur pada diri kita sendiri, pastilah dalam sehari/24 jam perjalanan hidup kita, pastilah kita melakukannya minimal sekali, atau bahkan ada yang lebih.

Sadar atau tidak kita selalu berupaya untuk melakukannya, seperti contoh sederhana, saat kita datang terlambat ke tempat tujuan, kantor misalnya, pastilah kita membuat alasan dengan dalih, Saya terlambat dikarenakan jalan yang saya lalui sangat MACET.

Atau contoh lain yang membuat kita membuat alasan/dalih agar kita terlepas dari hukuman atau sekedar menutupi kesalahan dan kekurangan diri, seperti saya tidak mencuri pak, tapi saya hanya ingin membatu teman karena anaknya sakit......, dan lain lain masih banyak contoh yang bisa kita ungkap.

Tahukah Anda, bahwa kebiasaan membuat alasan/dalih ini sangat membelenggu tiap diri/pribadi dalam upaya meraih sebuah kesuksesan, tanpa kita sadari, kita telah menciptakan tali tali yang sangat erat melilit dan membelenggu badan dan jiwa kita, sehingga secara tidak langsung kita menghambat diri dalam meraih sebuah kesuksesan dalam segala hal.

Kita selalu membiasakan Pikiran kita menciptakan sebuah atau beberapa alasan dan dalih dalam hidup keseharian kita, atau setidaknya kebiasaan kita mengarahkan pikiran kita untuk selalu membuat alasan dan dalih untuk menutupi kesalahan dan kekurangan diri.

Adakah dari diri kita masing masing mau melakukan pengakuan atas sebuah kesalahan atau kekurangan diri dengan sportif, gentle dan ksatria ???.

Saya sangat yakin, Pasti masih banyak yang melakukannya, hanya saja sejauh mana kita bisa menghimpun sebuah keberanian dan kekuatan untuk melakukan pengakuan itu dengan sejujur jujurnya tanpa membuat pikiran kita menciptakan sebuah alasan/dalih.

Bahkan dalam sebuah seminar yang saya adakan, saya pernah mengillustrasikan kepada semua peserta seminar, seandainya saja ada sekolah atau institusi pendidikan yang menyediakan jurusan seperti Fakultas ALASAN, pastilah dari diri/pribadi kita semua sudah bisa meraih gelar S3-Doktor, bahkan bila disumbangkan terus dalam profesi pengajaran pastilah kita dapat dengan mudah meraih gelar Professor dibidang alasan.

Memang thema yang saya angkat kali ini sangat sederhana dan tidak berarti, namun bila kita cermati akan memberikan dampak yang sangat signifikan dalam perjalanan hidup dan karier kita.

Anda pasti bisa membuktikan sendiri dampak dari kebiasaan kita membuat alasan, baik hubungan kepada atasan, teman, sahabat, pacar, mertua, istri, suami, anak dan lain lain.

Apakah bila dibiarkan berlarut larut akan membuat hubungan tersebut menjadi harmonis ? atau malah sebaliknya, bisa runyam, regang, atau bisa timbul pertentangan, pertengkaran yang bermuara pada perceraian, pemutusan hubungan, kebencian, ketidaksukaan, ketersinggungan, permusuhan dan masih banyak lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline