Lihat ke Halaman Asli

Salahkan Jepang Kalau Kita Makan Kotoran!

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikeda (paling kanan) ketika melahap karya nya sendiri)

[caption id="" align="alignnone" width="306" caption="Ikeda (paling kanan) ketika melahap "][/caption] Yup, saya tak asal memberikan judul. Memang itu tujuan saya menulis ini. Bahwa kita harus menyalahkan negara induk Yakuza tersebut kalau kita sampai memakan kotoran, titik tanpa koma! Kotoran yang saya maksud adalah fases alias "output" pencernaan tubuh ini. La, kok bisa begitu, masa orang disuruh makan fasesnya sendiri. Tapi itulah yang sekarang sedang dipasarkanoleh ilmuwan setengah 'sinting" dari Okayama Laboratory Japan, yakni Mitsuyuki Ikeda. Ikeda sejak delapan bulan yang lalu menggodok metode untuk menciptakan daging artifisial atau dagung tiruan dari kotoran manusia. Sebenarnya penelitian tersebut sudah lama populer sejak Agustus tauhn lalu, tapi ya saya coba refresh kembali. Yang membuat ilmuwan ini melakukan penelitian gila tersebut adalah karena kaidah ekonomi yang menuju masa reduksi. Ikeda menganggap semakin lama kebutuhan manusia akan pangan sudah tak bisa diakomodir secara cukup lagi, manusia akan kekurangan pangan, itu menurut Ikeda. Jadi dengan dalih tersebut, ilmuwan ini mencoba untuk menciptakan makanan sendiri yang berbahan dasar kotoran manusia. Gila memang. Saya sih setuju dengan pernyataan Ikeda kalau semakin lama kebutuhan pangan manusia akan semakin rumit, tapi sepertinya itu bakal terjadi setelah perang dunia ketiga, sata invasi Timur Tengah berubah menjadi invasi dunia. Jadi Ikeda mengolah fases atau kotoran tersebut sedemikian rupa dengan memisahkan bakteri ecoli dan zat mikroba lain yang membahayakan bila dikonsumsi sehingga fases tersebut hanya mengandung 63% protein, 25% karbohidrat, 3% vitamin dan 9% mineral. Pertama yang dilakukan adalah Ikeda harus mengekstrak protein dari limbah fases tersebut, setelah protein diekstrak lalu limbah tersebut ditambahkan reaksi penambah dan dimasukkan kedalam mesin yan bernama exploder. Lalu seprti yang saya lihat di videonya fases yang dimasukkan dalam mesin tersebut lalu digiling dan sudah keluar dalam bentuk ouput seperti daging kaku semacam dagung dendeng atau ham. Tapi daging tersebut tak kosongan, karena ditambahi bumbu sedemikian rupa hingga menyerupai daging sapi rasanya. Dan gilanya lagi adalah pemerintahan Jepang yang merekomendasikan penelitian ini. Hingga saat ini daging "tai" ini sudah dipasarkan dan dijual secara bebas, namun masih terkendala biaya. Karena biaya daging ini 10-20 kali lipat lebih mahal dari daging biasa. Dan produk makanan burger di Jepang beberapa diantarany sudah ada yang memakai isi daging dari fases manusia ini dan dinamakan Poop Burger, mendengar namanya saja sudah membuat saya berpikir 199.999.999 kali untuk membeli, bahkan membayangkannya saja sudah malas. Dalam video diperlihatkan Ikeda yang menjadi orang pertama yang menjajal produk "karya"nya itu, dia memakan dengan lahap daging fases tersebut dengan dijadikan isi dari big burger. Gila, benar-benar gila, Jepang memang saya anggap negara yang nyentrik dan terkadang aneh. Coba cek saja, segala sesuatu yang berbau disorder mulai dari fetish, sexual disorder hingga sensualitas disorder semuanya ada pada negara ini. Kalau syaa ya maaf-maaf saja, saya tak akan pernah berharap diri ini memakan sesuatu yang telah menjadi limbah dari tubuh kita, karena dalam agama sendiri memakan kotoran adalah hal yang menjijkkan dan itu dilarang, kecuali dlaam kondisi darurat. Dan saya rasa meski direkayasa seperti apapun itu tetaplah kotoran.Dan meski sedarurat apapun kondisinya dan seenak apapun dagingnya saya harus berpikir 1.999.999 untuk memakannya. Kecuali kala itu seluruh makanan didunia ini lenyap sehingga tak ada satupun benda yang layak dimakan, itupun bila saya merasa benar-benar kelaparan dan hampir sekarat, itupun kalau saya tidak lebih memilih mati daripada memakan "output" tubuh kita itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline