Lihat ke Halaman Asli

ANUGERAH OS

~Penghobi hitam dan penggemar manis. HITAM MANIS, itu saja~

Event Fiksi itu Memicu 'LGBT'

Diperbarui: 17 Maret 2016   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menulis, pic by : http://i0.wp.com/www.ruangfreelance.com"][/caption]

Menulis dan membaca pastinya menjadi dua hal penyebab sharing dan connecting di Kompasiana, dan dua sosok yang terlibat pada proses itu adalah penulis dan pembaca yang kemudian disebut Kompasianer. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada pembaca atau penulis yang hanya sekedar membaca dan menulis saja tanpa berinteraksi dengan penulis atau dengan pembaca yang lain (silent reader), baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar sebagai warga di Kompasiana. Keadaan yang mungkin menyebabkan bobot sharing dan connecting menjadi berkurang atau bisa jadi nilainya tidak ada sama sekali. Tentu masing-masing penulis dan pembaca memiliki alasan sendiri-sendiri, mengapa tidak menjalin komunikasi (yang intens) dengan sesama Kompasianer.

Nug (panggilan akrab penulis) mungkin menjadi salah seorang yang -- karena beberapa keterbatasan -- kadang menjadi pembaca yang diam itu, meskipun demikian berusaha untuk tetap eksis di Kompasiana dengan menjadi penulis yang tidak diam. Sebisa dan sesempat mungkin, dalam sebulan ada 1 tulisan yang tayang walau sekedar puisi atau cerita tentang pengalaman berlibur.    :)

Tetapi rupanya niat rencana tak selalu seirama dengan kehendak takdir, maksud hati memeluk gunung apadaya tangan tak sampai. Januari terlewat tanpa posting tulisan,  lantaran kesibukan awal tahun yang seabrek. Barulah Februari bisa ngompasiana lagi dengan sebuah tulisan tentang liburan. Meskipun jarang nulis, tapi Nug masih sering mengintip-intip keramaian di Kompasiana.  Nug melihat di awal tahun 2016 ini, Kompasiana dihebohkan dengan --setidaknya seperti yang Nug perhatikan-- sebuah fenomena yang mengemuka, LGBT. Bahasan LGBT seolah tidak ada habisnya, sampai kemudian Kompasiana menayangkan 11 ulasan tentang LGBT yang mungkin dianggap mewakili puluhan cerita LGBT yang katanya tak kunjung selesai dan sepertinya masih ada rahasia yang belum terpecahkan... :)

Tetapi sepengamatan Nug, di tahun 2016 ini, ada lagi sebuah fenomena baru di Kompasiana yang justru kemudian menjadi pemicu ‘LGBT’ (diberi tanda kutip untuk membedakannya dari makna yang sebenarnya). Fenomena yang dimaksud adalah Event Fiksi, ibarat lagu yang diputar nonstop menggugah hasrat naluri berdansa dan bergoyang di lantai disko, event menulis fiksi yang sambung menyambung tanpa spasi enggan berhenti, benar-benar memicu Luapan Gairah Baca Tulis (LGBT).  Sampai-sampai sederet tulisan terakhir Nug ikut meramaikan beberapa event itu.  

Gila! Mari menggila dengan fiksi. Hanya itu yang bisa Nug ucapkan sebagai penikmat fiksi. Fenomenal! Belum usai penyelenggaraan event yang satu, muncul lagi event yang lain. Teranyar adalah event 100 hari menulis novel yang telah ‘berhasil’ mengikutsertakan penulis-penulis yang menurut Nug emang jagonya ngefiksi.  Event yang diadakan oleh Fiksiana Community ini memang tergolong ‘kelas berat’, beberapa tahapan akan dilalui sampai naskah peserta siap dibukukan dan diterbitkan. 

Hebat !  Sayangnya Nug belum sanggup ikut di event ini... cukup jadi penikmat saja, menjadikan event ini sebagai ajang latihan dan belajar. Berlatih dan belajar sebagaimana telah menjadi program anggota FC untuk saling berbagi ilmu menulis. Kegiatan yang sangat positif demi perkembangan dunia tulis menulis. Maju terus Fiksiana Community (oh ya, rupanya masih ada lagi serangkaian event kecil-kecilan untuk belajar bersama yang dibuat FC).

Sebelumnya, ada event Puisi 'Orang-orang Kecil' kerjasama Desol dan S.Aji serta Event Fiksi menyambut ultah perdana Rumpie’s The Club (masih berlangsung sekarang), di mana Nug ikut berpartisipasi, alasannya sih lebih enteng ketimbang event menulis novel, hehehe.

Dari berbagai event itu, terbersit dua kata yang bersifat perintah buat Nug, ‘Bacalah!’ dan ‘Tulislah!’.  Dua kata yang semestinya menjadi perintah ‘wajib’ sebelum ikut di event menulis. Membaca, tidaklah melulu dengan mengeja tulisan. Tetapi, melihat berbagai peristiwa dan fenomena di sekitar kita adalah bagian dari ‘membaca’.  Selain itu akrabnya kita dengan tontonan, menjadikan kita seakan tak pernah kehabisan bahan ‘bacaan’.

Bagaimana Nug melihat nasib petani yang tak bisa berbuat apa saat kemarau memanggang sawahnya, bagaimana Nug mengawasi seorang pemulung yang saban hari menunggu anaknya pulang sekolah. Lalu dengan referensi ini, jadilah puisi 'orang-orang kecil' itu.  Lain halnya dengan event yang disponsori oleh Rumpies The Club (RTC), syarat utamanya memang menuntut kalau tak boleh disebut memaksa kita untuk serius membaca. Tentunya, masing-masing kita akan berbeda cara dan kiat membaca itu. 

Bagaimana peserta bisa mengapresiasi sebuah puisi, novel, lagu dan film, jika sebelumnya tidak pernah melihat atau membaca tulisan yang akan diapresiasi itu? Dan hasrat baca tulis itu kemudian menggelora hebat lagi. Sebuah event sastra yang patut diacungi jempol.  Selamat ya, RTC... Sukses!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline