Dalam hal pendidikan, setiap orang tua pastinya ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ada yang memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta dengan kurikulum internasional, ada juga yang memilih sekolah negeri unggulan hingga juga pesantren yang bisa memberikan pelajaran agama yang baik pada anak.
Bicara soal pesantren, jujur saya juga ada keinginan untuk bisa mendaftarkan anak-anak saya ke pesantren setelah lulus SD nanti mengingat saat ini anak saya belajarnya di sekolah negeri dan saya rasa penting sekali baginya untuk mendapat lebih banyak ilmu agama di Pesantren. Saat ini sudah ada beberapa pesantren di daerah Banjarmasin dan Banjarbaru yang bisa menjadi pilihan untuk menuntut ilmu.
Dari beberapa sisi, ada banyak kelebihan jika anak bersekolah di Pesantren. Salah satunya adalah melatih anak kemandirian dan juga bergaul dengan berbagai kalangan. Namun di lain pihak ada juga kekurangan dari mendaftarkan anak di pesantren salah satunya dari segi kesehatan dan mungkin juga kebersihan.
Seperti yang kita ketahui, saat anak tinggal di pesantren mereka akan tinggal bersama dengan puluhan bahkan ratusan anak lain di asrama. Dalam 1 kamar mungkin terdiri dari lebih dari 5 anak yang mungkin tingkat kebersihannya berbeda-beda dan tingkat imunitas yang berbeda pula. Mungkin kita cukup sering mendengar anak-anak yang sepulang dari pesantren dan malah kutuan atau kena scabies dan penyakit kulit lainnya sebagai akibat dari pemakaian barang secara bersama-sama selama di asrama.
Untuk bisa mengantisipasi hal seperti ini, orang tua bisa melakukan survey terlebih dahulu terhadap pesantren yang akan dijadikan tujuan bagi anak menuntut ilmu apakah memiliki tingkat kebersihan yang baik atau tidak. Namun tentunya hal itu saja tidak cukup karena yang utama adalah perilaku dari para santri tersebut yang seharusnya peduli akan kebersihan sehingga bisa menciptakan lingkungan pesantren sehat.
Kiprah dr. Mohammad Afifi Romadhoni dalam meningkatkan kebersihan di dunia pesantren lewat Gerakan Pesantren Sehat
Untuk bisa menjadikan sebuah pesantren menjadi tempat yang selalu bersih dan sehat, tentunya diperlukan kontribusi dari semua pihak salah satunya dari para santri tersebut. Salah satu sosok yang peduli dengan kesehatan di dunia pesantren adalah Mohammad Afifi Romadhoni, seorang dokter muda yang menggagas Gerakan Pesantren Sehat di tahun 2017 lalu.
Dr. Mohammad Afifi yang merupakan lulusan Universitas Jambi ini dulunya pernah nyantri di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, Indralaya, Sumatra Selatan. Selama menjadi seorang santri, dr. Afifi melihat dan merasakan sendiri bagaimana perilaku seperti penggunaan beberapa barang secara bersama-sama menjadi salah satu sumber penularan penyakit kulit di pesantren. Bahkan karena tak tahan dengan kurangnya kebersihan di pesantren, dr. Afifi memilih untuk kabur dari pesantren saat dirinya berada di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama.
Setelah menjadi dokter, pemuda kelahiran 13 Maret 1992 ini pun tergerak untuk memperbaiki kualitas hidup di lingkungan pesantren lewat Gerakan Pesantren Sehat. Gerakan Pesantren Sehat sendiri sejatinya adalah sebuah komunitas yang berisi para relawan di bidang kesehatan yang secara konsisten memberikan edukasi seputar pentingnya kebersihan di lingkungan pesantren.
Dengan tagline-ya "Menebar Semangat Hidup Sehat", GPS memberikan edukasi seputar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mulai dari cara mencuci tangan yang benar hingga kebersihan asrama. Sementara untuk edukasi kesehatan, GPS memberikan edukasi seputar makanan sehat, olahraga bersama, tidak merokok, vaksinasi dan lain sebagainya.