Lihat ke Halaman Asli

Anto Sugiharto

Profesional Migas

Medieval Baghdad dan Inovasi Pengolahan Minyak Bumi Modern

Diperbarui: 4 Januari 2021   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan salah satu kota di Timur Tengah (foto : dokumentasi penulis)

Timur Tengah masa kini selalu identik sebagai kawasan negeri petrodolar, walaupun tentu saja tidak sepenuhnya demikian. Kota-kota mereka yang awalnya gurun pasir panas kering nan gersang berubah menjadi metropolis dipadati gedung pencakar langit. Jalanan kota yang lebar dan sangat mulus dipenuhi lalu lalang mobil mewah.

Semua itu terjadi berkat kejayaan era minyak dan gas bumi dengan produksi dan cadangan yang sangat melimpah setelah penemuan ladang-ladang minyak besar di Semenanjung Arabia dan Teluk Persia menjelang Perang Dunia kedua dan setelahnya.

 Baghdad- Center of Excellence Sains Dunia di Abad Pertengahan 

Sejarah membuktikan bahwa apa yang terwujud di masa kini seringkali menggambarkan peristiwa penting yang terjadi di masa lampau. Di abad pertengahan (medieval)- dua belas abad lalu, bangsa Arab di Timur Tengah memang pernah menggapai kejayaan bidang keilmuan dan teknologi hingga menjadi referensi penting kemajuan peradaban dunia masa itu.

Kemajuan kota Baghdad yang merupakan ibukota pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750 - 1258 M) muncul bersamaan ketika bangsa Eropa di belahan bumi barat justru sedang mengalami dark ages setelah keruntuhan kekaisaran Romawi Barat dan sebelum lahirnya abad pembaharuan (Renaissance). Dimasa dark ages itu segala hal yang berkaitan dengan sains dan keilmuan justru dipinggirkan dalam tradisi kehidupan bangsa Eropa.

Dengan perkembangan pesat pemerintahan Abbasiyah dalam berbagai sendi kehidupan, maka ibukota Baghdad pernah dinobatkan menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, filsafat dan tempat penemuan penting selama masa kejayaan Islam.

Baitul Hikmah (House of wisdom) yang merupakan majelis ilmu sekaligus perpustakaan terbesar tempat menyimpan karya-karya terpenting ilmuwan Abbasiyah yang menjadi salah satu simbol kemajuan itu.

Baitul Hikmah yang didirikan tahun 830 M di Baghdad disebut sebagai cikal bakal salah satu universitas tertua yang jauh mendahului pendirian universitas-universitas tertua dunia lainnya seperti Universitas Bologna di Italia (1088 M), Oxford (1096 M) dan Cambridge (1257 M) di Inggris, Universitas Paris (1209 M) serta Universitas Harvard yang disebut tertua di Amerika Serikat (1636 M).

Lukisan Bait al-Hikmah di Baghdad http://library.dardanup.wa.gov

Baghdad pun pernah dijuluki dengan berbagai sebutan: Madinatussalam, kota seribu satu malam dan kota kosmopolitan dunia. Baghdad menjelma menjadi ‘landmark’ sebuah negara adikuasa dengan jumlah populasi saat itu yang mencapai satu juta orang.

Banyak ilmuwan polymath terkenal yang hidup di masa khalifah Abbasiyah, sebut saja nama-nama Al-Farabi, Al-Biruni, Al-Mas’udi, Imam Bukhari, Jabir bin Hayyan, Ibnu Haythani, Al-Kindi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, Al-Faraganus, Ibnu Firnas, Ibnu Sina, Al-Razi dan banyak lagi. Semuanya memberikan kontribusi besar atau rintisan penting di bidang keilmuan yang berbeda-beda. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan menyebar dan membawa kemajuan bagi peradaban manusia di jaman itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline