Lihat ke Halaman Asli

Kelompok Orang Tua Peduli Aktivitas Bermain Balita dan Anak

Diperbarui: 14 Juli 2015   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sistem yang mempengaruhi pembinaan keluarga salah satunya adalah Sistem Meso, yaitu teman sebaya, tetangga, lingkungan bermasyarakat, Posyandu, kelompok bersosialisasi, tempat pendidikan/sekolah, perlindungan dan pemberdayaan (Bronfenbrenner, 2004).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2015 ini merilis isu strategis permasalahan dalam pembinaan keluarga Indonesia. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah pengasuhan dan pembinaan anak balita dan anak yang rendah. Padahal di sisi lain, jumlah balita dan sekarang ini meningkat, proyeksi jumlah balita dan anak pada tahun 2015 adalah 47,4 juta jiwa (Bappenas, 2013). Balita dan anak sekarang ini dan beberapa tahun ke depan akan menjadi penduduk usia produktif di tahun 2035 sampai 2045. Pada tahun 2045, tepat 100 tahun Indonesia merdeka diharapkan mencapai masa keemasannya karena banyaknya penduduk berusia produktif yang sering disebut bonus demografi. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut selain harus ada usaha serius dari pemerintah dan pemerintah daerah juga tidak kalah penting adalah peran serta masyarakat untuk membina keluarga agar mampu mengasuh dan membina balita dan anak di lingkungannya dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan membentuk Kelompok Orang Tua Peduli Aktivitas Bermain Balita dan Anak.

Masalah Dalam Aktivitas Bermain Balita dan Anak dalam Masyarakat
Masalah yang sering dihadapi dalam pengasuhan dan pembinaan balita dan anak di masyarakat adalah kurangnya kepedulian orang tua terhadap aktivitas bermain balita dan anak di sekitar rumah. Pada umumnya balita yang telah berumur di atas 1 tahun dan anak bermain dengan teman-teman sebayanya di sekitar rumah. Kebanyakan orang tua yang rumahnya atau sekitar rumahnya ditempati bermain balita dan anak kurang peduli apa kegiatan mereka, yang penting mereka rukun dalam bermain. Antar orang tua juga tidak saling berkomunikasi apa yang dilakukan balita dan anak-anak ketika bermain. Antar orang tua juga berbeda-beda dalam melakukan kontrol saat balita atau anak bermain dan dalam membantu menyelesaikan masalah jika terjadi perselisihan antar mereka. Dengan demikian, fungsi bermain balita dan anak kurang maksimal karena tidak ada penyediaan aktivitas dan sarana yang memadai, sehingga tidak semua manfaat bermain mereka dapatkan. Padahal dalam bermain harus ada keseimbangan antara kegiatan fisik motorik, sosial emosional, dan kognisi. Oleh karena itu agar kegiatan balita dan anak bermain bersama teman-teman sebayanya di lingkungan sekitar rumah bisa maksimal harus ada kepedulian orang tua untuk menyediakan sarana dan aktivitas bermain yang bisa mengembangkan kemampuan fisik motorik, sosial emosional, dan kognisi.

Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Orang Tua Peduli Aktivitas Bermain Balita dan Anak
Teknis pelaksanaan kegiatan Kelompok Orang Tua Peduli Aktivitas Bermain Balita dan Anak adalah sebagai berikut:

  1. Pembentukan kelompok orang tua yang mempunyai balita dan anak dalam satu wilayah tertentu, misalnya dasa wisma, RT, RW atau dusun/kampung.
  2. Salah satu orang tua menjadi pemandu untuk melakukan diskusi dalam menyusun aktivitas dan sarana apa saja yang bisa disiapkan ketika rumahnya menjadi tempat bermain balita dan anak.
  3. Membentuk grup chatting, misalnya WA, Line atau BBM untuk komunikasi keberadaan balita dan anak, aktivitas mereka, dan juga berdiskusi.
  4. Ketika balita bermain biasanya masih ditunggui orang tua atau pengasuhnya, sehingga bisa bersama-sama melakukan kegiatan dan pengawasan. Sedangkan untuk anak sudah bisa bermain tanpa ditunggui orang tua, maka kewajiban oran tua yang rumahnya menjadi tempat bermain adalah menyediakan sarana dan aktivitasnya.
  5. Melakukan diskusi rutin untuk mengevaluasi aktivitas balita dan anak dan mengagendakan aktivitas lainnya.

Bermain sambil belajar tidak selalu memerlukan sarana yang mahal. Balita umur 1-2 tahun bisa bermain dengan merangkak, berjalan, ciluk ba, melihat di cermin, bermain dengan pasir, bermain dengan air, melihat taman atau tanaman, dan melihat hewan. Balita umur 3-5 tahun dan anak-anak bisa bermain puzzle, petak umpet, lego, sepeda, membaca bersama, menggambar atau mewarnai bersama, mendengarkan cerita, bermain alat musik, sepak bola, rumah-rumahan, pasar-pasaran, salon-salonan, dokter-dokteran, sekolah-sekolahan, masak-masakan, menggunting dan menempel, meronce, menyusun balok, lari-larian, lompat tali, permainan tradisional, dorong-dorongan, mobil-mobilan, naik turun tangga, berguling-guling, memanjat, dan bermain peran. Bermain juga bisa memanfaatkan benda-benda di sekitar rumah, misalnya alat-alat dapur bisa untuk bermain seperti alat musik, bermain dengan cermin, bermain dengan membuka dan menutup botol, membedakan warna benda-benda yang ada di rumah, botol atau kaleng bekas untuk masak-masakan, menyiram tanaman dengan botol bekas, dan botol bekas dimasuki pasir atau kerikil untuk bermain seperti alat musik dan bahan-bahan dari alam sekitar untuk permainan tradisional.

Dengan adanya adanya kepedulian kelompok orang tua terhadap aktivitas bermain balita dan anak diharapkan mereka akan tumbuh dan berkembang semua kemampuannya, sehingga membentuk keluarga bahagia dan sejahtera. Dari keluarga bahagia dan sejahtera membentuk bangsa dan negara yang kuat dan sejahtera. Bukan begitu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline