"Sejak 5 tahun yang lampau mengabdi sebagai Perawat di kamar bedah dan sudah puluhan kali terlibat dalam tim pembedahan belum pernah mengalami kesulitan ketika operasi appendiktomi. Namun, pagi 5/7/2012 bintik-bintik keringat mucul di pori-pori kening ,karena panik. Padahal pendingin ruangan hidup."
Sebelumnya saya ingin menjelaskan tentang kategori Pembedahan yang dapat dibedakan menjadi 4 bagian, diantaranya:
- Operasi besar khusus ( Operasi besar yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan butuh waktu lama mengerjakanya).
- Operasi besar ( Operasi yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi).
- Operasi sedang ( Operasi yang tidak terlalu sulit dan tidak butuh waktu lama dalam mengerjakanya).
- Operasi kecil ( Operasi yang dianggap mudah dan cukup dengan bius lokal)
Kategori diatas saya gambarkan secara umum, biasanya tiap Rumah Sakit punya standar tertentu dalam mengkategorikan jenis operasi. Pada postingan ini, saya hanya membahas kategori operasi sedang, seperti operasi Appendiktomi ( memotong usus buntu). Jenis operasi tersebut, merupakan operasi yang dianggap mudah dan tidak butuh waktu lama dalam mengerjakan, biasanya 30 - 60 menit bisa selesai. Nah, pada kategori sedang tersebut, saya pernah kecolongan, karena menganggap remeh. 'Ah, ini sebentar kok operasinya, habis itu bisa lanjut pada operasi lain'. Saya juga pernah dengar dari mulut teman bahwa operasi appendiktomi itu gampang. [caption id="attachment_203640" align="aligncenter" width="518" caption="Tim Bedah. Dok: pribadi"][/caption] Operasi Appendiktomi dengan sayatan manual pararektal membuat saya stress, bukan karena pasienya syok atau apnea, tapi karena usus buntunya sulit dikeluarkan. Saat operasi, kewenangan saya memudahkan operator dalam memotong usus buntu, otomatis asisten yang baik harus tau bagaimana cara melancarkan jalanya operasi. Sayangnya, si usus buntu itu rapuh dan bersembunyi dibelakang usus besar, kemudian terjadi perlengketan, karena usus buntu bocor dan mengeluarkan nanah. Operator (Dokter ahli bedah) kelihatan panik,sebab diluar dugaan, jika ditarik usus buntu tersebut dengan bobcock (instrumen operasi untuk menjepit dan mengangkat jaringan lunak) maka ujung usus buntu itu bisa copot dan tambah bocor karena rapuh. Idealnya pemotongan pangkal usus buntu itu harus rapi dan sempurna. [caption id="attachment_203641" align="aligncenter" width="269" caption="Appendiks = Usus buntu. Appendiksitis= Peradangan pada usus buntu"]
[/caption] Dokter bedah sempat kelimpungan dan mengoceh. Dan, saya juga kehilangan akal, 'kok se sulit ini mengeluarkan usus buntu tersebut.' gumam dalam hati. Perawat sirkuler ( bagian dari tim bedah ) mengamati bahwa situasi yang panik dan stagnan tersebut perlu solusi dan beliau menyodorkan hak besar ( berfungsi menguak lokasi pembedahan) kepada instrumentator dan instrumentator memberikan pada saya. Hak besar tersebut sebagai penyelamat kepanikan, sehingga saya dapat menguak lokasi pembedahan lebar-lebar dan operator dapat bekerja sebagaimana mestinya. Dengan hati-hati operator membebaskan usus buntu dari omentum, memotong dan mengikat serta menjahit bagian yang tersisa agar tidak mengeluarkan darah. Setelah operasi selesai, pola pikir saya berubah. Tidak ada tindakan operasi yang mudah, semuanya memiliki tingkat kesulitan berbeda, dan sayapun tidak ingin lagi menganggap remeh apapun jenis pembedahan. Kemudian, saya juga harus sadar,bahwa orang-orang yang berada dalam tim, mereka memiliki peran penting dalam setiap pembedahan, meskipun punya kapasitas dan wewenang yang berbeda. Diposting juga di http://medianers.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H