Lihat ke Halaman Asli

Anton Suparyanta

Penulis+Editor Buku; -kiperbukulejen Detik Detik UN- xixixixiixixixiiiiiiii.....

"Seni-Ngorok", Orkestra Tidur Mendengkur?

Diperbarui: 12 Mei 2023   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa risiko terburuk tidur mendengkur?  (dokpri)

Apakah Anda sering "ngorok" atau mendengkur sewaktu tidur? Ada apa di balik seni mendengkur ini? Berbahayakah?

Penyakit (serangan) jantung kini moncer menjadi monster kematian di berbagai belahan dunia. Masihkah teringat Mike Mohede si penyanyi alumni Indonesian Idol beberapa tahun silam? Mike berpostur tambun meninggal sesaat tidur pagi akibat serangan jantung. Sleep apnea-kah (mendengkur atau “ngorok” hingga henti-napas untuk jantung koroner)?

Tahun 2016 silam sekitar 31% penyebab kematian di dunia adalah penyakit (serangan) jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Terlapor data perincian 17,9 juta jiwa per tahun. Mirisnya, lebih dari 75% kematian menimpa penduduk negara-negara ekonomi lemah dan menengah, tak terkecuali Indonesia. Lebih dari 1 juta orang terkena serangan jantung setiap tahun di Amerika Serikat. “Kini penyakit jantung menjadi kiblat penyebab kematian nomor satu,” kata kardiolog masyhur Edward K Chung.

Apa yang harus dilakukan saat terjadi serangan jantung? Buku lawas tetap kontekstual ini akan menjawabnya dengan tuntas.

Dokter Vito Anggarino Damay (yang pernah menjadi host “Ayo Hidup Sehat” di tv swasta) menampik keras terapi hoaks yang dibungkus mitos ini, yakni “Ketika terjadi serangan jantung, Anda harus batuk dan batuk sekencang-kencangnya. Lalu bernapas-dalam dan beristirahatlah hingga gejala hilang,” dr Vito geleng-geleng kepala. Yach, geleng-geleng kepala.

Batuk-kencang bukanlah pertolongan pertama untuk serangan jantung. Memang, batuk terkadang diinstruksikan petugas medis ketika kondisi pasien dalam monitoring ketat. Akan tetapi, sama sekali tidak berguna jika penderita berada di luar rumah sakit.

Batuk tidak berpengaruh pada penyumbatan pembuluh darah koroner mendadak yang merupakan mekanisme utama terjadinya serangan jantung. Batuk tidak mencegah kerusakan otot jantung yang terjadi dan tidak ada efeknya pada nyeri dada saat serangan jantung. Bahkan, batuk tidak menghentikan gangguan irama jantung seandainya hal itu terjadi pada jantung yang mengalami gangguan listrik akibat serangan jantung. Tidak sedikit orang yang menderita serangan jantung lantas terlambat tertolong karena percaya pada pesan batuk itu. Datang ke rumah sakit, si penderita sudah dengan kondisi telanjur parah, bahkan meninggal di perjalanan (hlm 32).

Apa tanda khas serangan jantung?

Gejala yang menyengat yakni sakit dada atau rasa berat di dada seperti ditekan selama durasi 20 menit dan tidak segera membaik dengan istirahat. Sering dirasakan sebagai sesak napas berat yang terjadi mendadak. Keluhan nyeri dapat menjalar hingga ke rahang, punggung, atau lengan kiri. Keluhan ini bisa disertai keringat dingin sampai membasahi baju atau disertai rasa mual. Segeralah si penderita dibawa ke rumah sakit demi evaluasi dokter.

Dokter Vito mengingatkan orang kantoran sangat berisiko mengalami serangan jantung di kemudian hari jika tidak melakukan langkah pencegahan penyakit jantung koroner, apalagi strok. Dua penyakit ini mematikan di dunia dan di Indonesia. Kabar baiknya bisa dicegah dan dikontrol (hlm 191). Pekerjaan yang memaksa sering duduk, mengetik, atau berkutat di depan komputer membuat waktu sangat sempit dan sulit untuk hidup sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline