Lihat ke Halaman Asli

Anton Suparyanta

Penulis+Editor Buku; -kiperbukulejen Detik Detik UN- xixixixiixixixiiiiiiii.....

"Dicari Orang Muda Pencerah Bangsa", Gegar Politisi 2024

Diperbarui: 9 Mei 2023   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menilik buku lawas yang apik utk 2024. (ig ptkanisius)

Ancang-ancang nyali dan nyawa bangsa 2024 makin riuh. Riset kredibel berseliweran. Anies, Ganjar, Prabowo, Mahfud, Sandiaga, Erick, Agus makin berkubu-kubu. Apa yang terbaca dari sosok-sosok idola ini?

Setidaknya kaum jelata rakyat kebanyakan kudu melek-baca, melek-literasi, melek-referensi agar bening memandang kibaran nama-nama pendekar bangsa. Buku lawas Protopia Philosophia ini menawarkan ingatan. Penggelontor kering tenggorok, penyejuk kuping merah, pendingin batok kepala, pengencer tuturan kelisanan karena tembakan daya nyinyir anak bangsa yang mendadak menjadi bandit pun sindikat "waton omong" di jagat medsos. Anda di golongan mana? 

WHO mendata kurang lebih 1.000.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Berarti setiap 40 detik, ada 40 orang bunuh diri di seluruh dunia. Selama 45 tahun terakhir, tingkat bunuh diri meningkat 60 persen. Kini bunuh diri menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian dari kategori usia 15-44 tahun. Lebih dari 90 persen kasus bunuh diri disebabkan depresi berkepanjangan. Fatalnya, kini banyak orang muda di setiap negara mudah bunuh diri (hlm 4).

Buku ini menghendaki negara protopia, bukan negara utopia. Jika negara memaksa protopia sekaligus utopia, rerata bunuh diri semakin menggila. 

Protopia yang didukung SDM dengan ciri kecerdasan politik tentu akan memahami kemajuan selangkah demi selangkah. Protopia tidak menarik dijadikan cerita. Protopia tidak bombastis seperti dahaga utopia, tetapi protopia bisa diwujudkan (hlm 263). Pesona masyarakat adil dan makmur di Indonesia memang sebuah utopia. Ia tidak akan sepenuhnya terwujud. Namun, usaha yang pelan dan pasti untuk mewujudkannya bisa terus dilakukan. Inilah klaim protopia.

Siapa pun politisi Indonesia di masa depan, perlu menyandang ciri kecerdasan politik. Di hadapan selubung korupsi, radikalisme, terorisme, dan curah politik identitas yang berkedok agama, politisi wajib menjadi petarung yang bernyali. Di hadapan kesalahpahaman yang memecah persatuan bangsa, politisi menjadi penyatu yang lembut dan penuh welas asih. Politisi yang bijaksana menari antara keutamaan petarung dan penyatu. Politisi memainkan peran yang dibungkus keadaan. Sikap terbuka, jernih berpikir, dan jeli melihat keadaan sangat dibutuhkan.

Kompulsif! 

Membaca buku Protopia Philosophia memperoleh kesimpulan tentang hidup kompulsif. Abad XXI menggeser hidup seperti menari. Tarian sering bergerak tak berpola. Tarian tanpa arah. Intinya hidup terus bergerak. Terus bekerja selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Bahagia dan derita diramu. Namun, klimaksnya tarian berubah menjadi gerak kematian.

Politisi menari bukan untuk merayakan kehidupan, melainkan merusak dan menebarkan petaka. Di berbagai sendi kehidupan, politisi bergerak, gaduh, tidak ke arah kebaikan bersama, tetapi ke arah kehancuran bersama. Di banyak bidang kehidupan, kehancuran terjadi perlahan, namun pasti (hlm 367).

Ini semua terjadi karena kita hidup tanpa kesadaran. Kita hidup dalam kompulsivitas. Artinya, kita melakukan sesuatu tanpa pertimbangan matang. Tanpa sadar, kita terus menari menuju liang kematian beralaskan semua keputusan yang kita buat. Hidup kompulsif adalah hidup yang dijajah oleh kebiasaan diri sendiri dan menggiring aneka bentuk derita yang sia-sia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline