“Eyang, maaf, ya, tangan ini saya luruskan dulu. Ini nekuk. Biar kaus Eyang gampang dilepas. Dan Eyang segera dimandikan. Nah, bener begini Eyang. Ganteng sekali, Eyang. Begini kan enak to, Eyang?”
Inilah sekelumit contoh omong-omong dengan jenazah yang dituturkan seseorang petugas dari Tim Kerja Pangruktilaya (perawat jenazah) ketika memandu pelatihan merawat jenazah. Anehkah? Seberapa pentingkah materi ini? Untuk bekal hidup “masa depan” ini tidak cukup dilisankan, tetapi harus ditulis. Suatu saat pasti dibaca kembali untuk praktik.
Saya paham untuk lietrasi prosedur merawat jenazah setiap agama memiliki aturan main. Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, Katolik, dan penganut aliran kepercayaan punya prosedur tekstual secara khusus. Nah, kali ini secara Katolik, perawatan jenazah pun tak semestinya harus saklek dipasrahkan ke rumah sakit. Bagaimana literasinya jika seseorang meninggal di rumah duka? Teks proseduralnya seperti berikut.
Pendampingan Orang Sakit/Pasien dalam Sakaratul Maut
Bagaimana mengenali pasien yang menghadapi kematian yang hampir tiba? Ada 8 tanda sakaratul maut: 1)napas mulai tidak teratur yang dibarengi suara grok-grok; 2)pupil mata mulai melebar dan membesar, reaksi melemah sampai maksimal dan tidak ada reaksi; 3)tekanan darah berangsur menurun; 4)denyut nadi meningkat, lama-kelamaan menurun dan terasa tidak jelas; 5)ujung jari tangan dan kaki terasa dingin. Apabila pasien sebelum meninggal suhu tubuhnya tinggi, tidak serta merta ujung jari tangan dan kaki dingin; 6)kulit tampak kebiruan/pucat dan ujung kuku kebiruan; 7)rasa nyeri hilang; 8)pandangan mata kabur. Menurut Jeng Agung, nomor 7 dan 8 tidak selalu ditemui.
Tahap-Tahap Kematian
Secara garis besar, ada 3 tanda kematian, yakni 1)pasien tidak sadar; 2)semua reflek negatif, pupil mata melebar maksimal dan tidak ada reaksi; 3)tidak ada pernapasan, tidak ada denyut nadi/detak jantung.
Secara umum ada 5 tahap kematian.
1. Tahap Penolakan: pasien biasanya bicara tidak karuan, mengatakan hal-hal tidak mungkin, bicara tidak nyambung, tak mau diberi tahu, tak mau mendengarkan orang lain, melarikan diri dari hal yang didengarnya.