Mungkin dalamnya rasa cinta manusia akan sebanding dengan kebenciannya. Kesetiaan dan penghianatan bagai dua sisi mata uang. Garis waktu yang akan membuktikan perjalanan hidup manusia. Bagai rembulan, manusia memiliki sisi gelap sekaligus sisi terang. Tinggal kita mau memandangnya dari sisi yang mana.
Dalam sejarah manusia, kita akan melihat anak manusia yang pada mulanya saling mencintai, saling mendukung, saling membela, saling berkorban, lalu berubah menjadi saling membenci, saling menjatuhkan, dan saling membinasakan.
Benar kiranya kata pepatah "Cinta manusia tak ada yang abadi". Pagi mengatakan cinta, malam mengatakan benci. Hati manusia bagaikan air. Mendidih jika dipanaskan, dan beku bagaikan es jika didingnkan.
Di tempatnya yang baru, Arya Wiraraja masih menyimpan kekecewaan atas keputusan Sang Prabu Kertanegara. Keberhasilan penaklukan Kerajaan Dhamasraya dalam ekspedisi Pamalayu menjadikannya tersingkir ke Sumenep Madura. Raja menurunkan jabatan dan memutasi dirinya. Ia menyesalkan tindakan sang raja. Untuk apa ada penasehat jika yang diinginkan raja hanyalah pembenaran semata?!
Meskipun Kertanegara adalah keturunan Wangsa Rajasa, ia kurang menyukai peran orang- orang Wangsa Rajasa yang banyak mencampuri kebijakannya. Ketidaksukaanya diwujudkan dalam bentuk penurunan dan pemindahan posisi seperti Pendeta Santasmerthi (dari pendeta kerajaan menyingkir ke pegunungan), Patih Mpu Raganatha dari Patih ke Jaksa. Arya Wiraraja dipindahkan hingga jauh pusat kerajaan menjadi "Adipati" di Sumenep. Pemindahan besar-besaran ini terjadi pada tahun 1269 Masehi.
Pada mulanya Ia sebagai penasehat termuda di Singosari menyampaikan ketidaksetujuannya atas keinginan sang raja mengirim pasukan dengan jumlah besar ke Sumatra. Ia berpendapat bahwa Singosari harus mempelajari secara detail medan yang akan ditempuh. Selain itu Singosari harus mengukur diri kekuatan yang dimiliki. Singosari jangan merasa aman dengan pencapaiannya selama ini. Jangan merasa bahwa tidak ada lagi ancaman yang mengintai. Mengirimkan pasukan dalam jumlah yang sangat besar ke Sumatera dengan membiarkan negara dalam keadaan kosong, bukanlah rencana yang bijak. Ia melihat bahwa ada kemungkinan kekuatan-kekuatan yang berpotensi makar jika ekspedisi tersebut diteruskan.
Raja merasa tersinggung dengan pandangan tersebut. Seolah-olah Arya wiraraja ingin mengatakan bahwa Singosari adalah kerajaan yang terpecah belah dan lemah. Dari situlah awal dari ketidaksukaannya kepada Arya Wiraraja.
Sebagai mantan penasehat muda yang cerdas nan gemilang, Ia sangat paham situasi politik di Singosari. Rasa sakit hati mendorongnya untuk melakukan makar secara terselubung. Permainnya tidak terlihat namun nyata jelas menusuk jantung kekuasaan. Ia tidak menggunakan tangannya sendiri, namun menggunakan tangan orang lain untuk menwujudkan cita-citanya. Ia mengirim surat kepada Bupati Gelang-gelang Jawakatwang untuk mengambil kesempatan kosongnya Singosari. Ia berkirim surat kapada Jayakatwang.
Arya Wiraraja sangat paham bahwa Jayakatwang adalah kekuatan lain yang berpotensi membangkang. Jayakatwang adalah keturunan wangsa Kediri yang tersisa. Wangsa Kediri dalam sejarah adalah wangsa yang ditaklukan oleh nenek moyang Kertanegara yakni Ken Arok. Jayakatwang mengikuti saran Arya
Wiraraja. Semua telik sandi disebar untuk mengukur kekuatan. Hingga jelas dan nampak kekuatan yang akan dihadapi kelak.