Lihat ke Halaman Asli

Syndrome I Don't Like Monday...?!

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini hari senin.Monday. Lantas (karena berdasar pengalaman kurang mengenakkan hari ini) aku berfikir mengenai slogan; “I don’t like Monday”. Entah siapa yang mengenalkan dan mempopulerkan slogan tersebut. Satu yang pasti, disadari atau tidakMondaymerupakan hantu mimpi buruk bagi siapa saja yang telah melewati weekend. Dan aku pikir pengaruhnya luar biasa bagi sebagian manusia di penjuru belahan dunia ini. Monday, bagi pelajar maupun mahasiswa berarti upacara (bagi sebagian pelajar sekolahan di penjuru negeri ini), bertemu guru-guru atau dosen yang membosankan. (kadang) Memaksakan kadar intelektual mereka yang pas-pasan, tugas-tugas yang musti dikumpulkan, pe-er yang belum sempat dikerjakan, ulangan harian, dll. Monday, bagi para orang kantoran berarti kemacetan lalu lintas. Lalu lintas yang padat merayap, debu deru kendaraan, dan hal itu berarti harus berangkat lebih awal. Karena siapapun tahu,Mondaymeans traffic jam. Rush hour. Lantas terbayang wajah bos yang tidak bersahabat, siap untuk memaki-maki kalau terlambat sampai kantor, walau hanya dalam hitungan menit. KadangMondayjuga berarti lahirnya deadline baru, target-taget yang kadang un-make a sense, meeting, briefing, under pressing, akh… pusinggg… Monday, bagi para pengajar berarti tugas-tugas akademik yang baru, kurikulum, menyiapkan soal-soal, lesson plan, belum lagi bertemu murid-murid yang badung-badung setengah ampun, “murid bengalmu, mungkin sudah menunggu…” kata Iwan Fals dalam lirik lagu Umar Bakrie. TapiMonday, rupanya punya perspektif lain bagiku,MondaynggakMondaysama saja… tetap saja… DEKIL…!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline