Lihat ke Halaman Asli

Purbo Iriantono

Jalani inspirasi yang berjalan

Pemikiran Atomistik Amien Rais

Diperbarui: 28 September 2020   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Baru-baru ini, tokoh sepuh di kancah perpolitikan Nasional kembali menggebrak syahwat traumatis bangsa lewat isu kebangkitan PKI baru dalam buku karyanya. Meskipun penulis belum membaca isi bukunya, tapi garis besar yang terlanjur beliau paparkan melalui celotehan di media massa cukup layak unuk ditanggapi.

Menurut beliau, bukunya tersebut memaparkan tentang ancaman gerakan kebangkitan baru PKI melalui ideologi komunisme global (yang diwakili oleh negara Cina dan Rusia). Argumen ini ia gunakan untuk menepis gelombang besar gagasan penolakan isu PKI oleh generasi kekinian.

Alasan generasi kekinian jelas, bahwa isu PKI untuk bangsa Indonesia sudah tidak relevan; karenanya isu tersebut, menurut mereka kurang laku untuk ditawarkan kembali ke ranah publik. 

Pemikiran generasi kekinian terkait isu tersebut  lebih berlandaskan pada rasionalitas struktural organik, yang hasil nalarnya "menihilkan" bukti aktual adanya potensi ke arah kemunculan kembali gagasan komunisme di tanah-air. 

Dengan demikian, tuntutan untuk segera menangkap anggota PKI yang di-isu-kan merupakan tanggapan wajar dari pihak yang tidak melihat fenomena benih kemunculan PKI di ranah (NKRI) dan di waktu kekinian.

Alasan penolakan isu PKI itu ditanggapi oleh bapak Amin Rais dengan cara memperluas cakupan sumber ancaman. Beliau menegaskan, pusat ideologi komunisme di negeri Cina (mungkin pula Rusia) masih eksis dan berkembang pesat, maka beliau yakin, -berdasarkan pengalaman atau ingatan historisnya (pemikiran atomistik)- bahwa ideologi komunisme masih laku di pasaran "ekonomi" politik dunia. Saya menggunakan kata ekonomi hanya sebagai makna rujukan pada nilai pasar ideologi komunisme di kancah dunia.

Sayangnya, argumentasi perluasan penalaran beliau (bapak Amin Rais) masih berpatok pada gaya berpikir atomistis atau historis. Beliau menggunakan nalar perluasan itu hanya untuk menopang "ilusi" pemikiran historisnya yang sudah tidak ditopang oleh bukti dari realitas kekinian dan kedisinian (NKRI). 

Berdasarkan realitas struktural kekinian, semua isu tentang kebangkitan kembali gerakan PKI baru sudah gagal dan selalu dapat dimentahkan. Yang jadi persoalan kritis, sahih-kah argumen beliau yang berupa perluasan obyek penalaran terkait isu PKI "reborn"?

Logika penalaran beliau, terkait ideologi komunisme di Cina (dan Rusia, Korut, dsb.) sebagai sumber muasal argumen masih lakunya paham tersebut di pasaran dunia, semestinya, harus juga dilihat dari sudut pandang kerangka global.

Dari sudut pandang global kekinian, apakah paham komunisme itu masih layak disebut paham yang cukup laris? Penulis yakin, jawabnya adalah tidak. Bahkan paham komunisme, -sebagai ideologi yang diajarkan dan dihidupi-,  dan yang masih dianut di dua negara besar (Cina dan Rusia) itu, dari kaca-mata publik dunia tetap merupakan paham yang sudah bangkrut. 

Apa buktinya sehingga paham komunisme layak dikatakan sebagai telah bangkrut? Bukti sederhananya, tidak ada satu pun media massa global kekinian yang memprihatinkan bahaya ancaman komunisme "reborn". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline