Pagelaran wayang di generasi saat ini semakin berkurang peminatnya, sehingga diperlukan upaya serius untuk melestarikan seni kebudayaan ini. Tanpa adanya langkah konkret dalam menjaga eksistensi wayang, warisan budaya yang kaya akan nilai filosofi dan sejarah ini dikhawatirkan akan semakin tergerus oleh perubahan zaman. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. bahwa pagelaran wayang harus dilestarikan, saat memberi sambutan dalam acara Pagelaran Wayang Golek Menak dan Wayang Purwa selama dua hari berturut-turut pada Sabtu dan Minggu (19--20/10) di Pendopo nDalem Mangkubumen Kampus 1 UWM yang diadakan oleh UWM bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pagelaran Wayang yang disaksikan oleh lebih dari 100 pengunjung dan didukung oleh Dana Keistimewaan ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Dies Natalis UWM ke-42 dan menjadi persembahan pamitan UWM kepada masyarakat sekitar Kampus 1, sebelum tahun depan secara resmi menempati Kampus Terpadu di Banyuraden.
Prof. Edy dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini sekaligus memperingati perjalanan panjang UWM selama 42 tahun. "Acara ini masih merupakan rangkaian acara Dies Natalis ke-42 dan sekaligus sebagai upaya nguri-nguri kabudayan. Kampus UWM sebagai kampus berbasis budaya, sudah seyogyanya ikut bertanggung jawab mengembangkan budaya Jogja. Kedepannya acara ini akan diadakan rutin tiap tahun", ungkapnya.
Selain itu, Cahyo Widayat, S.H., M.Si., Sekretaris Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, dalam sambutannya menekankan pentingnya acara ini dalam rangka Mangayubagyo Dies Natalis UWM ke-42. Disbud DIY memberikan dukungan berupa gamelan perunggu serta penyelenggaraan pagelaran Wayang Golek dan Wayang Purwa. "Gamelan ini adalah simbol dukungan kami dalam upaya melestarikan kebudayaan. Kami berharap pentas wayang ini dapat meningkatkan apresiasi civitas UWM dan masyarakat terhadap seni tradisional. Tanpa apresiasi dari semua pihak, kesenian ini akan dilupakan," ujarnya.
Pada hari pertama, Pagelaran Wayang Golek menampilkan lakon "Sang Umarmadi", yang berkisah tentang Raja Umarmadi dari negara Khohkarib. Cerita ini mengangkat tema kekuasaan yang disertai dengan kelemahan pribadi, di mana Umarmadi yang marah setelah ditolak oleh Dewi Muninggar akhirnya harus menghadapi kekalahannya dan menerima perubahan melalui perjalanan spiritual bersama Amir dan Umar dari Mekah.
Sementara itu, di hari kedua, Pagelaran Wayang Purwa dengan lakon "Sesaji Rajasuya" menampilkan cerita Prabu Yudhistira dari Amarta yang berusaha mengadakan sesaji sebagai wujud syukur atas kemakmuran negaranya. Kisah ini penuh dengan pesan moral tentang pengorbanan, keadilan, dan kekuatan doa. Lakon ini diakhiri dengan kemenangan Arjuna dan Bima atas Prabu Jarasandho yang kejam, simbol kekuatan kebaikan mengalahkan kejahatan.
Dengan acara ini, UWM tidak hanya memperingati Dies Natalis yang ke-42, tetapi juga menguatkan peran universitas dalam pelestarian seni dan budaya serta mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H