"Asmara. Tidak bisa dipahami, cuma bisa dirasakan akibatnya"
Karena terlihat kurang bersemangat dan sering melamun di rumah, saya diceramahi istri. Kebetulan pada saat itu hari libur, Kamis tengah pekan kemarin. Sambil terus mengucapkan mantra-mantra omelan Ia yang sibuk bongkar - bangkir tumpukan buku di dalam sebuah dus kemudian berhenti sesaat ketika sebuah judul buku dilihatnya.
Sang istri "Kanjeng Mas Ayu" Renha Dosinaen lalu melemparkan sebuah buku dengan tebal 696 halaman kemudian dengan tatapan tajam, tenang, dingin, "baca itu", tegas beliau.
Merasa nyawa saya terancam, saya mulai panik dan membaca halaman 1, tanpa berani membalik bukunya untuk membaca sinopsis di bagian cover belakang.
AROMA KARSA unik ! Kesan ini muncul ketika halaman - halaman pertama mulai dibaca. Kita digiring untuk merasa sedang berada di lautan sampah yang busuk.
Penulis sepertinya mampu menimbun sampah di atas kepala kita, atau bisa saja menenggelamkan kepala kita ke dalam kotak sampah, lalu memaksa kita menghirup dalam - dalam setiap aroma yang muncul.
Jika biasanya imajinasi kita dibuat berkeliaran dengan deskripsi dari penglihatan, pendengaran, atau pengecapan, buku ini malah terbangkan pikiran kita lewat uraian yang dirasakan oleh indra penciuman. Hidung. Sesuatu yang sebenarnya sulit.
Pada umumnya kita hanya mengekspresikan aroma dengan, bau busuk, wangi, tajam, lembut, mungkin sebatas itu.
Berbeda dengan Aroma Karsa.