Lihat ke Halaman Asli

Antonius Ruron

Guru Penjas Sekolahan

Basira, Kampung Kaya yang Tertinggal

Diperbarui: 24 September 2021   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak Fandi Setiyanto (Dokpri)

Ada yang pernah dengar nama kampung Basira di ujung timur Pulau Flores? Bagi sebagian besar masyarakat Flores Timur dapat dipastikan belum menginjakan kaki di kampung tersebut. Bisa juga ada yang belum tau, dimana letak kampung Basira itu.

Seorang Guru Rantau dari Semarang Jawa Tengah,  jebolan Guru Garis Depan, Bapak Fandi Setiyanto bercerita tentang apa yang ia temukan di kampung Basira ini.

Tanggal 18 September 2021 kemarin, pertama kalinya mengunjungi Desa Patisiralawang, atau yang lebih di kenal dengan nama Kampung Basira. Desa ini berada di wilayah kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, dan desa ini adalah yang termasuk terpencil di ujung timur Pulau Flores.

Jalur jalan yang di tempuh dari pusat Kota Larantuka adalah jalan aspal, melewati wilayah kecamatan Ile Mandiri -- Kecamatan Lewolema dan sampai di Ibu Kota Kecamatan Tanjung Bunga dan melewati jalur ke Lamanabi. Sekitar 3 jam perjalanan dari kota Larantuka melewati beberapa wilayah yang disebutkan tadi, kita akan sampai pada jalur jalan tanah, berbatu dan pasir. Waktu yang ditempuh melewati jalan berbatu ini kurang lebih 2 jam perjalanan, jadi total untuk sampai di Basira membutuhkan waktu 5 jam perjalanan.

Transportasi apa yang kita gunakan ke Basira? Bisa di bayangkan dengan medan jalan yang sedikit telah dijelaskan maka tidak mungkin menggunakan Bus Pariwisata ber ac, dan bukan pula dengan menunggang kuda. Masyarakat Basira menggunakan transportasi darat mobil bak terbuka atau pick up.

Struktur medan jalan yang ditempuh tidak rata, banyak terdapat tikungan tajam, tanjakan dan turunan curam. Tidak hanya seekstrim itu, ada jurang jurang dalam di satu sisi jalan di beberapa tempat. Di tempat tertentu bahkan ada jalur air mirip kali kecil di tengah jalan tersebut.

Kerja sama antara sopir dan penumpang sangat dibutuhkan ketika melintasi jalur ekstrem ini. beberapa kali penumpang harus turun berjalan kaki agar mobil bisa menanjak di tanjakan yang curam. Selain membawa penumpang, mobil pick up kecil ini pun harus memuat hasil komoditi dari kampung Basira dan desa sekitarnya.

Komoditi yang ada di wilayah ini adalah mente, kopra dan beberapa komoditi lain seperti kacang tanah, jagung, pisang  dan ubi. Yang terkenal dari Kampung Basira adalah minuman lokal Arak. Selain dari dari darat hasil laut di wilayah ini pun berlimpah, sangat mudah untuk mendapatkan ikan segar dan ikan kering di wilayah ini.

Akses pendidikan di kampug Basira hanya terdapat TK/PAUD dan SD. Untuk melajutkan ke jenjang sekolah menengah siswa/siswi di sini harus melanjutkan ke SMP Negeri 2 Tanjung Bunga di kampung Kotenwalang. Cara satu-satu untuk bersekolah adalah dengan berjalan kaki selama satu jam menuju Kotenwalang.

Peserta didik harus berjalan kaki melewati hutan, mendaki dan menuruni bukit selama satu jam dan sudah berpeluh keringat sebelum pembelajaran dimulai. Walaupun demikian minat sekolah dari anak-anak wilayah Basira dan sekitarnya tetap tinggi, karena jumlah murid di SMP Negeri 2 Tanjung Bunga termasuk banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline