Lihat ke Halaman Asli

Langganan Maag saat SMA.

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perkenalkan, nama saya Antonius Lambok Ginting. Saya seorang mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah USU. Awalnya saya memang ingin membuat tulisan di Kompasiana, lebih tepatnya tulisan yang membahas tentang politik. Bertemankan segelas cappucino, saya siap menuangkan opini saya ke dalam sebuah tulisan. Ketika log in, saya melihat perlombaan ngeblog ala Promaag ini, sekilas sepertinya menarik. Lalu saya baca komentar dan tulisannya, ternyata memang bersifat tidak kaku. Seketika itu juga saya langsung mengalihkan ide saya, politik ntar aja deh, sekarang saatnya curhat tentang pengalaman maag.
Ketika masih duduk di bangku SMA, sakit maag merupakan langgananku. Seringkali masuk UKS cuma karena sakit yang sering disepelekan oleh banyak orang. Malahan dulu saya dianggap anak mami karena hobi yang namanya sakit maag. Penyebab saya sakit maag pastinya karena makan yang tidak teratur. Saya mempunyai kebiasaan tidak pernah sarapan pagi karena selalu jadi masalah ketika sampai di sekolah alias sakit perut dan pasti ujung-ujungnya ke belakang. Oleh sebab itu, saya sarapan saat jam istirahat pertama, yaitu jam 10. Tetapi masalahnya jam 9 lewat perut saya sudah duluan keroncongan, makanya saya sering permisi dengan alasan ke toilet, tapi nyatanya saya pergi ke kantin buat makan. Pas di kantin, saya tidak makan nasi, alias makan gorengan yang disiram kuah dan ditaburi daging ayam yang disuir dan ditambah dengan kerupuk serta aksesorisnya seperti saus, kecap dan sambal. Saya sendiri tidak tahu apa nama menu ini, tapi yang pastinya menu ini merupakan salah satu menu favorit di sekolah ini. Menu yang sangat sederhana sekalipun sekolah ini yang merupakan salah satu SMA favorit di kota Medan. Dan bagi saya, menu ini sangat enak, namun dengan pola makan saya yang tidak teratur karena tidak makan nasi terlebih dahulu, menu ini justru maenjadi tidak sehat dan salah satu penyebab maag saya, itu kata dokter.
Selama 3 tahun di SMA, saya langganan ke UKS. Setiap hari keluhannya sama yaitu sakit maag. Sampai-sampai suster di UKS bosan melihat saya. Untuk mengakal-akalinya, saya sering ganti judul penyakit, mulai dari mulas, masuk angin, angin duduk, diare dan mual. Tetapi apa pun judulnya, dengan sikap nyaris cuek, si suster tetap memberi obat yang sama yaitu Promaag.

Namun, walaupun begitu,  pengalaman sakit maag yang paling saya ingat adalah saat saya kelas 3 SMA. Mulai dari pagi, perut saya sudah nyeri dan saya keringat dingin di kelas. Saya diantarkan teman yang Dokter Remaja yang bernama Mia ke UKS. Ketika itu, suster belum datang, jadinya Mia menemani saya sampai suster datang. Sekitar jam 9 suster datang, melihat saya sudah terbaring di tempat tidur, suster malah berkata,

Suster     : "kenapa lagi dia ?"
Mia          : "Maag katanya sus.."
Suster      : "udah, baliklah mia, biarkan dia.."

Sambil memegangi perut sambil kesakitan, saya berguling-guling di tempat tidur. Suster malah terlihat sibuk menulis, saya sendiri tidak tahu menulis apa. Akhirnya sambil kesakitan saya meminta obat, tapi tidak dikasih. Hampir setengah jam saya dibiarkan begitu saja. Saya tahu ini pasti pelajaran buat saya supaya saya jera, tapi saat itu saya berpikir tega kali suster ini. Setelah dinilai cukup, akhirnya saya diberi Promaag, tapi teganya tanpa air minum. Saya disuruh kunyah saja. Dengan terpaksa saya pun melakukannya. Setelah itu, saya disuruh baring di tempat tidur. Tidak lama, saya diberi air minum. Tetapi pas memberi air minum, suster berkata, " sekali lagi kau ngeluh-ngeluh sakit maag, gak akan ku kasih kau obat. Makan yang teratur !"
Itulah pengalaman saya tentang sakit maag saat masih duduk di bangku SMA. Pesan saya, Promaag memang cepat meredakan sakit maag. Sejauh ini, Promaag adalah obat sakit maag yang terpercaya. Tetapi bagaimanapun juga, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Intinya, makan yang teratur dan terapkan pola hidup yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline