Tulisan ini terlambat di kirim, tetapi kiranya dapat menjadi bahan diskusi buat kita semua.
Bangsa ini sedang dan masih larut dalam euforia timnas Indonesia yang berhasil lolos ke babak final piala AFF (dulu piala Tiger). Sebenarnya ini merupakan kali keempat Indonesia berhasil menembus partai final. Namun ada sesuatu yang berbeda situasi dan kondisi pada final kali ini dimana final kali ini mampu menyedot perhatian publik bangsa ini. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa, dari laki-laki sampai perempuan, dari pejabat tertinggi sampai pejabat terendah, dari yang tidak hobi sepakbola menjadi hobi, seluruhnya larut menjadi satu tujuan yaitu sepenuhnya mendukung timnas agar mampu memenangkan piala AFF untuk pertama kalinya. Prestasi timnas mampu menghancurkan batasan-batasan dalam masyarakat, misalnya artis terkenal jika sudah ada di dalam tribun stadion GBK akan menjadi penonton yang sama seperti yang lainnya, tidak ada perlakuan khusus terhadap mereka. Prestasi timnas mampu memberi suasana baru kepada bangsa ini yang sudah bosan dan jenuh dengan bahasan politik, bahasan tentang koruptor dan unjukrasa dimana-mana yang sepertinya tidak menemukan jalan keluar. Secara keseluruhan, prestasi timnas di sepakbola mampu menyatukan seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan yang ada.
Namun, prestasi timnas ini telah disalahgunakan oleh oknum tertentu yang ingin mengambil keuntungan pribadi dan ingin ikut numpang tenar di tubuh timnas. Keadaan ini diperburuk dengan tidak siapnya panitia (PSSI) dalam menyusun agenda timnas menjelang partai puncak dan tidak mampu mengatasi permasalahan penjualan tiket yang menimbulkan kerusuhan suporter di dalam stadion GBK. Kerusuhan ini menyebabkan terjadi kerusakan beberapa fasilitas stadion termasuk rumput lapangan. Hal ini hampir saja menyebabkan kerugian bagi timnas dimana pertandingan leg kedua terancam diselenggrakan di tempat netral. Suporter tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena yang mereka inginkanlah memperoleh tiket dan tidak seperti "dikerjain" oleh panitia. Dalam hal ini penitia berkilah bahwa tiket akan dilanjutkan penjualannya dengan catatan suporter harus tertib dan panitia juga menuding adanya provokator serta panitia menilai ketidakmampuan aparat kepolisian dalam mengamankan keadaan. Namun, pada kenyataannya justru dari pihak panitia sendiri yang menerapkan sistem penjualan tiket yang memungkinkan calo untuk memborong tiket. Dengan kata lain, ingin memanfaatkan momen ini untuk keuntungan pribadi. Agenda timnas menjelang partai final juga perlu disoroti mengingat banyaknya agenda oleh PSSI yang sebenarnya tidak perlu diikuti oleh timnas. Dua agenda yang paling mendapat sorotan adalah kunjungan timnas ke rumah Ketua Umum Partai Gollkar dan memang tidak ada hubungannya dengan pertandingan final. Dugaan "ada udang di balik batu" semakin menguat dimana harga tiket untuk kategori tiga yang awalnya Rp. 75.000 turun menjadi Rp. 50.000 oleh karena pengaruh dari "sang ketua". Agenda selanjutnya adalah kunjungan timnas ke salah satu pesantren untuk mengadakan doa bersama. Tidaklah disalahkan untuk melakukan kegiatan doa bersama tetapi merupakan hal yang tidak penting bila timnas harus ikut secara langsung. Seharusnya waktu untuk kedua agenda ini dipergunakan untuk istirahat guna mempersiapkan fisik dan mental para pemain timnas agar fit di partai final.
Hal lain yang perlu mendapat sorotan adalah pihak media yang sepertinya terlalu "ekslusif" terhadap kabar tentang timnas timnas. Bahkan salah satu stasiun televisi kepunyaan "sang ketua" sampai melakukan wawancara di dalam pesawat ketika timnas dalam menuju perjalanan ke Malaysia. Pertanyaannya, pentingkah ? Pemberitaan yang terlalu heboh justru menjadi beban tersendiri pada timnas. Media mengangkat sang garuda sangat tinggi dan hasil pertandingan leg pertama kemarin telah menghempaskan sang garuda ke bumi dengan sangat kuat sehingga bisa dikatakan sebelah sayap sang garuda telah patah. Laser dan petasan biarlah menjadi agenda tersendiri AFF dalam menyikapi sikap tidak sportif tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H