Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Menonton Ahok, Lah... Gubernur yang Lain Pada Ngapain?

Diperbarui: 12 September 2015   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barangkali sudah menjadi garis tangannya jika kemudian Ahok bisa memimpin Ibu Kota negara Indonesia. Hijrah dari Belitung Timur ke Jakarta Ahok tentu sadar akan segala sesuatu yang bakal dihadapinya. Kini, setelah ia menjadi gubernur segala-galanya ada di pundaknya. Segudang persoalan DKI: kemacetan, banjir, kemiskinan, parkir liar, preman, hingga beragam persoalan sosial, dengan sadar ia ambil alih dan coba diurai satu per satu. Di sebalik itu semua Ahok paham, ia akan berhadapan dengan banyak musuh, orang-orang atau kelompok yang tidak menyukainya baik yang kasat mata maupun yang tidak kelihatan.

DKI Jakarta adalah representasi dari republik ini. DKI memang harus mencerminkan Indonesia, atau setidaknya mendekati hal itu. Kita tentu layak memberi apresiasi untuk Bung Ahok. Mungkin, satu-satunya orang yang ia segani di seluruh Tanah Air ini hanya satu: Jokowi. Kalau Anda mau cermat, perhatikan bahasa tubuhnya jika sedang berhadapan dengan Jokowi. Mengapa sebab? Karena Ahok tahu dan kenal luar dalam siapa Jokowi yang kini sedang jatuh bangun mengembalikan Indonesia ke panggung kejayaannya.

Kini, Indonesia memiliki Ahok, sosok nomor satu di DKI Jakarta, yang adalah wajah Indonesia. Sepak terjangnya menjadi sorotan media dari waktu ke waktu. Tidak berlebihan kiranya jika Ahok masuk dalam jajaran selebritas Indonesia. Tentu bukan karena tingkahnya yang neko-neko, tetapi lebih dari itu ia seorang pekerja keras yang bermimpi untuk sebuah perubahan besar di negeri ini.

Jika semua media menyorot Ahok, pada kemana gubernur-gubernur yang lain? Atau lebih tepatnya, pada ngapain mereka selama ini? Pertanyaan ini rasanya menjadi lumrah mengemuka. Justru ketika adem ayem tanpa berita dan sorotan kita jadi bertanya-tanya, hal besar apa yang sedang dikerjakan sang gubernur. Karena saat ini, dunia menuntut kita semua berubah, bertransformasi. Masyarakat juga khawatir, lama tak terdengar beritanya tahu-tahu ada saja yang tiba-tiba muncul di televisi sudah mengenakan rompi oranye. Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho sudah mengonfirmasi kekhawatiran kita. Sejarah juga menorehkan pesan, yang melulu gaduh tentu tidak baik, tetapi yang adem saja tanpa persoalan dan masalah, bukan berarti baik untuk tidak kita katakan sebagai berbahaya.

Rasa-rasanya, dunia hari ini bukanlah dunia kemaren. Pemimpin hari ini juga bukan pemimpin dengan gaya memimpin ketinggalan jaman. Tenggat waktu untuk berubah serasa semakin mepet. Tak perlu lagi saat ini ada banyak acara seremoni ini dan itu yang bernuansa ‘asal bapak senang’. Yang mendesak dan perlu dilakukan oleh semua pimpinan adalah memetakan persoalan, berdiskusi, melihat langsung ke lapangan, dan mengeksekusi semua yang perlu ditangani. Dalam kerangka semua itu ada warga negara yang harus dibela, dinomor satukan, dan dilayani sebaik-baiknya. Mungkin para gubernur yang lain tidak harus menjadi seorang Ahok yang hampir tiap hari urat-uratnya tegang dan kerap naik darah demi membela warga dan menegakkan nilai-nilai.

Tulisan ini tidak sedang mengultusindividukan seorang Basuki Tjahaya Purnama dan mengatakan semua gubernur yang lain tidak melakukan sesuatu. Tetapi tidak ada salahnya para pemimpin belajar dari Ahok bagaimana ia menata kota, bagaimana ia menghadapi musuh-musuhnya, bagaimana ia mendelegasikan kebijakan-kebijakan dari level propinsi ke level di bawahnya, bagaimana manajemen kepemimpinan diimplementasikan di lapangan, dan bagaimana ia dengan rela dan tulus jatuh bangun berjuang.

Tanpa itu semua atau jika masih ada gubernur yang demen dengan acara-acara seremoni bernuansa ‘asal bapak senang’, tidak mengedepankan rakyat, tidak melihat langsung berbagai persoalan di tingkat bawah, abai terhadap kesejahteraan warganya, baik untuk mundur saja, saat ini juga!

Yogyakarta, siang terik; 12 September 2015

    

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline