Akses jalan jadi masalah paling utama mengapa salah satu bagian yang ada di Kabupaten Manggarai Barat itu hingga sekarang terabaikan. Surga itu ada di Kecamatan Kuwus Barat tepatnya di desa Golo Lewe.
Di ketinggiannya tempat ini seolah tak ada banyak mata yang sanggup memandang kepadanya. Dengan keadaan jalan yang seadanya itu seakan jadi sebab banyak kaki yang enggan melangkah menuju ke sana.
Di sana, di surga. Surga yang sekian lamanya terlupakan. Surga yang sudah sekian lama tidak dianggap.
"Sekarang jalan ke sini sudah lebih baik setelah kepala desa yang sekarang anggarkan sebagian dana desa untuk bangun jalan meskipun seadanya saja," ungkap Geradus Hadun salah satu warga desa Golo Lewe.
Bagi pendatang yang baru pertamakali menginjakan kaki di sana tentu yang akan diceritrakna pertama adalah pengelaman dalam perjalanannya. Kisah tentang perjalanan yang sangat melelahkan dan menakutkan.
"Selama dalam perjalanan tadi kami semua larang om sopir tidak boleh lihat ke belakang. Kami semua takut karena badan jalan yang kecil dan sempit kadang menanjak dan menurun tajam ditambah berkelok-kelok.
Sepanjang jalan saya hanya berdoa," ungkap Magdalena Nalu, salah satu staff Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), Labuan Bajo dalam Evaluasi dan Perencanaan (EPAPERCA).
Ya. Jalanan menuju Desa Golo Lewe memang persis sama yang diungkapkan itu. Jalanan yang sempit, sering harus menanjak dan kembali menurun dengan belokan itu mengharuskan setiap pengendara untuk lebih berhati-hati dalam mengendarai kendaraannya.
"Pada saat-saat awal saya bertugas di Desa Golo Lewe saya sering meminta orang-orang yang kebetulan lewat dijalanan yang menanjak atau menurun tajam, supaya mereka yang membawa motor saya sampai ditempat yang menurut saya aman dan bisa saya kendarai sendiri.
Saya seringkali merasa gugup karena tanjakan dan menurun serta jalanan yang berbatu," kenang Tomas Simorangkir, Pendamping Lapangan Yakines untuk Desa Golo Lewe.
Decak kagum tentang Desa Golo Lewe dimulai dari kegiatan kunjungan bersama ke kebun contoh yang dikerjakan oleh kaum perempuan petani dari kampung Lando, Desa Golo Lewe. Hadir mendmpingi peserta pada kunjungan lapangan di kebun contoh itu adalah Regina Ndiut. Decak kagum peserta tentang suburnya tanah Golo Lewe terdengar semakin jelas.