Lihat ke Halaman Asli

Antonius Babo Wea

Profil tersebut di atas adalah profil pribadi

Ketika Pohon Membutuhkan Tangan Perempuan

Diperbarui: 13 Mei 2022   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokpri)

Pendamping Lapangan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES), Labuan Bajo, Ronaldus Jehadun yang akrab di sapa Ronal, mengisahkan tentang keadaan mata air Sungai Motang yang berada di Desa Watu Umpu. Desa Watu Umpu adalah salah satu desa dari ke duabelas desa yang saat ini sedang didampingi oleh Yakines.

Sebagaimana desa-desa lain, Desa Watu Umpu juga didampingi dengan program utama yakni pemberdayaan kaum Perempuan melalui upaya pelestarian sumber daya alam dengan praktek pertanian organik dan konesrvasi sumber mata air.

Terkait pelaksanaan program konservasi sumber mata air di Desa Watu Umpu, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat ini, Pendamping Lapangan (PL), Ronaldus Jehadun mengisahkan bahwa upaya untuk konservasi mata air terus digalakan. Salah satu sumber mata air yang telah dijamah adalah sumber mata air Sungai Motang. 

Ronal mengisahkan bahwa sebelum sumber mata air Sungai Motang ini mendapat sentuhan tangan kaum perempuan dampingan Yakines hanya terdapat satu pohon Bancang yang berdiri tegak di sekitar mata air tersebut. 

Pada Sabtu, 19 Maret 2021 bersama kepala desa Watu Umpu, Lasarus Radun, SPd dan sejumlah staff desa Watu Umpu, kaum perempuan dampingan Yakines yang tergabung dalam kelompok Tunas Harapan yang berasal dari kampung Rehok melakukan penanaman sejumlah anakan kayu di sekitar mata air tersebut.

Sejumlah kaum perempuan yang langsung diketuai oleh Bernadete Jenina ini mendapat dukungan dari sejumlah kaum laki-laki yang tidak lain adalah para suami dari beberapa orang kaum perempuan tersebut. 

Suatu babak baru telah dimasuki oleh kaum perempuan dampingan Yakines ini. Setelah berulangkali disadari dalam berbagai kesempatan tentang pentingnya peran kaum perempuan dalam upaya pelestarian sumber daya mata air.

Babak baru ini adalah berupa kesadaran baru mereka untuk melakukan penanaman dan perawatan pohon di sekitar sumber mata air.

Mereka sadar bahwa untuk menanam pohon tidak bisa hanya mengharpakan kaum pria atau para bapak. Kesadaran baru yang terlintas sekarang adalah kaum perempuan akan menjadi korban berlapis bila terjadi krisis atau kekurangan air.

Kaum perempuan adalah kelompok yang paling dekat dengan kebutuhan akan air. Sejak membukakan mata dipagi hari sampai sebelum memejamkan mata di malam hari kaum perempuan selalu berdekatan dengan kebutuhan akan air. Maka tepat bila kaum perempuan disebut sebagai korban berlapis bila terjadi krisis atau kekurangan air. 

Dengan kesadaran itu maka kaum perempuan dampingan Yakines Labuan Bajo itu secara serentak berhasil menanamkan setidaknya 100 pohon ara, 3 pohon langke (beringin) dan 1 pohon bambu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline