Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu atau bahasa wajib bagi masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan bahasa Indonesia dalam sejarah, sosial, dan politik sangat penting. Sehingga sudah seharusnya bahasa Indonesia digunakan dalam setiap kesempatan.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu inilah yang diangkat oleh para pemuda pada Kongres Pemuda, 28 Oktober 1928, menjadi bahasa Indonesia. Tujuannya ialah ingin mempersatukan para pemuda Indonesia, dengan menamai diri mereka bangsa Indonesia. Ketika itu, peserta yang mengikuti Kongres Pemuda adalah wakil pemuda Indonesia dari Jong Java, Jong Sunda, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Selebes. Nama bahasa Indonesia dianggap bisa memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau kedaerahan.

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi, "Kami Putra dan Putri Indonesia menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dengan kata lain kedudukannya berada diatas bahasa daerah.

Sebelum Perang Dunia II, bahasa Indonesia tidak dihargai walaupun pergerakan politik semakin banyak memakai bahasa Indonesia. Dalam ilmu pengetahuan, dan pendidikan belum menggunakan bahasa Indonesia dengan baik karena dalam bahasa pengantar ilmu pengetahuan adalah bahasa Belanda. Pada saat itu orang Indonesia akan merasa malu jika tidak pandai berbahasa Belanda. Sehingga bahasa Indonesia cukup dipelajari hanya untuk informasi umum.

Awal kebangkitan bahasa Indonesia dimulai saat penjajahan Jepang, bahasa Belanda dilarang dan harus diganti dengan bahasa Indonesia. Masa transisi dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia tidak langsung disambut baik oleh orang Indonesia karena dirasa belum mampu untuk menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Namun, dalam pemerintahan Jepang,  dan atas dorongan pemuda-pemudi Indonesia. Orang-orang Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia untuk setiap pembicaraan. Seiring dengan berjalannya waktu bahasa Indonesia semakin populer, dan penggunaanya sebagai bahasa nasional mengalami perkembangan sesuai dengan tujuan awalnya.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia befungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat penghubung antar warga di  seluruh Indonesia, alat pemersatu berbagai suku bangsa dari berbagai latar belakang sosial dan bahasanya masing-masing dalam satu kesatuan. Dapat kita bayangkan betapa hebatnya bahasa Indonesia yang kita miliki saat ini.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung disamping bendera dan lambang negara kita yaitu burung Garuda. Bahasa kita ini dapat memiliki identitasnya apabila masyarakat pemakainya menggunakan dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.

Bahasa indonesia merupakan alat penghubung antar warga di seluruh Indonesia. Dengan adanya bahasa nasional ini komunikasi antar warga tidak memiliki permasalahan yang serius. Sehingga kesalahpahaman akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu di khawatirkan.

Derasnya arus globalisasi didalam kehidupan sehari-hari akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era globalisasi, semua negara di dunia termasuk Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan dalam persaingan bebas, baik dibidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Istilah baru yang muncul karena tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan, dan teknologi semakin menambah kekhasan bahasa Indonesia.

Globalisasi diambil dari kata global yang maknnya adalah universal. Selo Soemardjan menyatakan globalisasi adalahterbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh Dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama.  Teori tersebut menitikberatkan pada penyatuan dunia melalui komunikasi. Seorang ahli lainnya bernama Achmad Suparman berpendapat bahwa globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda / perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa di batasi oleh wilayah. Jadi dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia.

Pada era globalisasi, pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan indentitas bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Hal tersebut menyangkut kedisiplinan berbahasa, pemakai bahasa Indonesia harus patuh pada semua kaidah dan aturan pemakaian yang sesuai dengan situasi, dan kondisi. Disiplin berbahasa Indonesia adalah upaya untuk mempertahankan diri arus bahasa dan budaya lain yang tidak sesuai dengan Indonesia.

Sudah 100 tahun lebih bahasa Indonesia diikrarkan, dan sekarang bahasa ini kembali dipertanyakan eksistensinya. Mampukah bahasa Indonesia memiliki pendirian yang tinggi ditengah-tengah arus globalisasi yang deras? Mampukah bahasa Indonesia bersikap lebih terbuka dalam mengikuti perubahan yang terjadi? Hal yang terpenting adalah apakah para pengguna bahasa Indonesia masih setia dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang efektif?

Hal tersebut mengacu dari perilaku masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Akibatnya pemakaian bahasa Indonesia yang kacau, rancu, kosakata yang tidak jelas, dan makna yang sulit dipahami. Pembelajaran selama ini seolah-olah belum cukup untuk meredam perilaku menyimpang dari para pemakai bahasa Indonesia.

Melihat persoalan diatas, pentingnya menegaskan kembali pemakaian bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan kaidah dan aturan. Hal tersebut dapat dimulai dari diri sendiri. Semua pembelajaran yang diterima menjadi sia-sia jika diri sendiri saja malas untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa Indonesia dengan meneliti kata-kata istilah dan memaknainya.

Arus globalisasi berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia dimasyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya, Facebook misalnya, memberi banyak perubahan struktur bahasa Indonesia oleh beberapa orang yang disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Seharusnya arus komunikasi yang begitu deras menuntut semua orang untuk dapat menyampaikan informasi dengan jelas agar tidak ada kesalahpahaman satu sama lain.

Kemajuan teknologi dan kekuatan politik bisa menyebabkan suatu bahasa dijadikan bahasa internasional. Saat ini minat masyarakat dunia tehadap bahasa Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bahasa Indonesia telah diajarkan oleh 67 negara, khususnya di perguruan tinggi. Bahasa yang turunan dari bahasa Melayu, Sunda, dan Papua ini adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia setelah bahasa Inggris, Prancis, Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea. Sayang sekali, dunia internasional masih belum mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional.

Ada beberapa alasan mengapa bahasa Indonesia diminati warga asing. Pertama, bahasa Indonesia relatif lebih mudah dipelajari dan dipahami. Kedua, bahasa Indonesia lebih mudah dihafal karena menyerap kosa kata asing misalnya, bahasa Inggris dan latin. Ketiga, Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini tentu menaruh minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Sehingga untuk memperlancar komunikasi dengan orang Indonesia, mereka mempelajari bahasa Indonesia. Keempat, keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia, menjadi alasan warga asing untuk memperlajari bahasa Indonesia.

Alasan-alasan itulah yang menjadikan dampak positif dari globalisasi. Salah satu yang berperan besar adalah media massa. Tidak dapat disangkal memang media masa memberikan andil besar bagi perkembangan bahasa Indonesia. Media massa memang memiliki kelebihan seperti, memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak. Oleh karena itu, media massa memegang peran penting dalam penyebaran bahasa Indonesia.

Banyaknya hal positif yang sudah tersaji, tidak serta merta bahasa Indonesia terbebas dari ancaman yang menghadang. Dampak negatif yang ditimbulkan dari globalisasi ternyata tidak kalah hebat dari dampak positifnya. Masyarakat Indonesia sebagai pemakai bahasa Indonesia tidak lagi menggunakannya dengan baik dan benar. Banyak alasan yang dikemukakan, mulai dari penulisan yang disingkat hingga penulisan yang multitafsir.

Orang Indonesia lebih suka menggunakan  kata-kata atau istilah-istilah asing, padahal kata-kata atau istilah-istilah asing tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena orang Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa asing, terkadang malah mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Berkurangnya minat generasi muda untuk mempelajari bahasa Indonesia menambah daftar negatif yang harus segera dibenahi. Generasi muda lebih senang dengan sesuatu yang modern. Dengan masuk budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia menarik sebagian besar generasi muda.

Pengguna bahasa Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Baik buruknya bahasa Indonesia 10 tahun, 20 tahun, hingga 30 tahun mendatang ditentukan oleh penggunanya. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta dalam membina, dan mengembangkan bahasa Indonesia ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Kedisiplinan berbahasa Indonesia merupakan kunci mempertahankan diri dari derasnya arus globalisasi. Ditambah dengan mencintai Indonesia, harapan untuk mempertahankan bahasa Indonesia yang baik dan benar bukanlah hal yang mustahil lagi.

Kesimpulannya, dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang perlu terus dipertahankan. Jati diri bahasa Indonesia merupakan hal penting dan tidak boleh tenggelam oleh ulah pemakainya. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus dikembangkan sedemikian rupa agar dapat bersaing dengan bahasa lainnya dan diangakat menjadi bahasa internasional

"Pengertian Globalisasi Menurut Beberapa Ahli", diakses dari http://rethno23.blogspot.com/2013/05/cara-penulisan-footnote-catatan-kaki.html, pada 16 Desember 2013 pukul 21.35

"Pengertian Globalisasi Menurut Beberapa Ahli", diakses dari http://rethno23.blogspot.com/2013/05/cara-penulisan-footnote-catatan-kaki.html, pada 16 Desember 2013 pukul 21.35

"Peluang Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional", diakses dari http://sugiartha26.wordpress.com/2012/10/08/peluang-dan-tantangan-bahasa-indonesia-menjadi-bahasa-internasional/, pada 16 Desember 2013 pukul 22.43

"Bangga Dengan Bahasa Kita, Bahasa Indonesia!", diakses dari http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/04/bangga-dengan-bahasa-kita-bahasa-indonesia-588736.html, pada 17 Desember 2013 pukul 00.12

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline