Lihat ke Halaman Asli

Dan Ketika Daun pun Jatuh

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dan ketika daun pun jatuh, sesungguhnya ia ‘tak mati, ia tetap hidup, yaitu untuk menyuburi tanah, memberikan nutrisi bagi tumbuhan lain, dan juga sumber makanan bagi mahluk kecil di dalam tanah.  Di sanalah kita perlu menyadari, bahwa setiap langkah hidup harus tetap  berarti bagi kehidupan. Melihat daun yang gugurpun masih dapat berarti bagi kehidupan, seyogyanya kita yang hidup, harus berarti bagi diri dan orang lain.

Sejatinya, hidup itu indah. Seindah bunga mawar di taman, jikalau kita bisa menjadikannya berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Bahwa kesusahan adakalanya muncul dalam kehidupan itu pasti terjadi. Ia saling melengkapi, seperti siang dan malam, yang terpenting adalah memaknai kehidupan sebagai tempaan untuk kita bisa belajar lebih baik adalah sebuah keharusan.

Meminjam cerita gede prama, dalam Setenang Pepohonan, Selembut Rerumputan:  “Bagi Batin yang tercerahkan, kebahagiaan yang diperebutkan tidak menambahkan apa-apa, kesedihan yang dienyahkan tidak mengurangkan apa-apa. Perhatikan ikan di air dan burung yang terbang di udara.  Ikan tidak menyebut burung bodoh karena tidak mengenal kehidupan di dalam air. Burung pun tidak menyebut ikan kurang wawasan karena tidak terbang ke mana-mana”.

Catatan kehidupan dapat dijadikan bahan bakar dan muatan untuk dapat belajar dan berbagi bersama orang lain ataupun sebagai bagian untuk instropeksi diri. Di sanalah kita dapat mengambil hikmah terbaik dari sebuah kejadian.

Melihat kenyataan masih banyak pertikaian dan pertentangan antaranak bangsa, tidak perlu menilai siapa yang salah dan siapa yang benar.  Cerita kehidupan  dapat selalu dijadikan pelajaran, agar kita bisa saling memahami satu sama lain.

Menggapai tujuan hidup, dengan langkah ke depan, lalu bergerak ke kanan atau ke kiri, bahkan terus lurus ke depan tidaklah benar ataupun salah; asalkan selalu terbaik bagi diri dan orang lain.  Setiap kejadian dapat menjadi renungan. Keputusan hidup itu bisa saja berbeda, yang terpenting adalah bagaimana dapat berarti bagi orang lain, setidaknya untuk diri sendiri.

--> 2013. TETAP SEMANGAT!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline