Lihat ke Halaman Asli

Dimanakah harus dibangun Pabrik Baterai di Indonesia?

Diperbarui: 17 Desember 2020   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pernahkah kita bertanya mengapa sebelumnya negara China tidak membangun smelter bijih nikel di Indonesia, sementara kita tahu bahwa negara tersebut adalah importir terbesar atas bijih nikel Indonesia, yakni mencapai sekitar 50 persen dari total produksi kita. 

Mengapa China justru membangun smelter bijih nikel di negaranya, yang notabene jauh dari Indonesia sebagai sumber utama bahan baku industrinya?  Dalam perspektif ekonomi neoklasik,  fenomena ini dapat dijelaskan melalui sebuah teori. 

Meskipun teori ini tidak mampu menjelaskan secara detail semua faktor, tetapi secara garis besar dapat memberikan gambaran kepada kita terkait fenomena diatas.  

Philip McCann dalam bukunya berjudul Urban and Regional Economics, mencoba menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan menentukan pilihan lokasi industri berdasarkan teori Lokasi Weber. 

Secara sederhana, teori lokasi weber sebenarnya hanya memperhitungkan dari sisi biaya transportasi untuk membawa bahan baku dari sumber bahan baku menuju lokasi industri atau biaya transport membawa output dari lokasi industri menuju pasar output, dengan asumsi ceteris paribus (faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan). 

Tentunya dalam penentuan lokasi dan pendirian sebuah pabrik, dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga diperlukan analisis biaya dan manfaat serta analisis lain yang lebih komprehensif jika ingin mendirikan smelter. 

Pemilihan lokasi pendirian satu Industri ditentukan oleh posisi weber optimum location, yakni penentuan lokasi yang dapat memberikan profit maksimum bagi industri.  

Jadi, ada dua kemungkinan lokasi bagi industri, yakni membangun industri dekat dengan sumber bahan baku atau membangun industri dekat dengan pasar output.  

Dalam hal ini, China membangun smelter bijih nikel di negaranya merupakan pemilihan lokasi industri yang dekat dengan pasar, yaitu dekat dengan semua jenis industri logam yang berbasis nikel.  

Secara umum dapat disimpulkan bahwa bagi pengusaha China, membangun smelter bijih nikel di China lebih menguntungkan daripada membangun smelter bijih nikel di Indonesia.

Sekarang kalau kita perhatikan misalnya, banyak para importir bijih nikel berencana untuk membangun smelter di Indonesia, maka secara sekilas teori lokasi weber masih dapat memberi petunjuk kepada kita, bahwa smelter tersebut akan dibangun dekat dengan sumber bahan baku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline