Lihat ke Halaman Asli

Kembali ke Hal yang Mendasar dengan Tingkat Kerohanian yang Lebih Mantab

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Subhanallah, kisah bu Yati, seorang pemulung yang dengan ketaqwaannya untuk berqurban telah menginspirasi kita semua untuk (lebih) bertawaqal dalam menjalani kehidupan ini. Kita sadari atau tidak telah banyak niatan di balik berqurban yang telah melenceng dari hakikatnya yaitu mematuhi perintahNya, bukan untuk berbagi daging karena berbagi daging qurban adalah shodaqoh, akibat dari berqurban tersebut. Ibu Yati adalah hanya satu dari sekian perantara yang diberi rahmat olehNya untuk mencontohkan ke kita semua akan pentingnya bertawaqal dengan ikhlas, cinta dan berserah diri dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sungguh kita rasakan kasih dan sayang Allahyang luar biasa apabila kita mau memikirkansejenak kisah dari ibu Yati.

Kehidupan di dunia ini dengan kesibukan, hiruk pikuk, gaya hidup yang luar biasa telah banyak menyita perhatian kita. Tidak sedikit dari kita yang dengan tidak sadar telah menempatkan materi sebagai objective dari kehidupan. Banyak dari kita yang akan merasa lebih nyaman dan aktual dengan pencapaian materi. Sebenarnya hal tersebut adalah suatu kewajaran dalam konteks kehidupan manusia, namun untuk mencapainya sering kita berbuat yang tidak wajar atau lebih tepat di luar ‘koridor’. Kekuatan nafsu negatif telah menggerogoti hakikat kehidupan dan tidak jarang pula menjadikan kita sebagai budaknya, lepas dari sikap sabar, ikhlas dan berserah diri.

Kembali ke kisah ibu Yati, Hakikat dari berqurban adalah mematuhi perintah Allah sebagaimana nabi Ibrahim AS telah memberikan teladan. Kita ketahui bersama, kisah nabi Ibrahim adalah kisah tentang ketaqwaan dengan tingkat yang luar biasa tinggi. Kepatuhan serta kecintaan nabi Ibrahin AS kepada Allah adalah melebihi apapun. Nabi Ismailpun sungguh luar biasa, dengan keikhlasan dan kecintaannya kepada Allah, telah mencontohkan suatu sikap berserah diri.

Banyak orangterutama dari rekan-rekannya yang mentertawai ibu Yati. Mohon maaf, dengan keadaan pekerjaan sebagai seorang pemulung dan keadaan ekonomi yang demikian biasanya adalah sebagai penerima qurban. Kecintaannya kepada Allah telah mengesampingkan keperluan lainnya, tanpa memikirkan pamrih secara materi dan hanya barokahNyalah yang beliau harapkan, ibu Yati dengan ikhlas telah mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk dapat membeli seekor kambing untuk berqurban. Allah Yang Maha Adil dengan KuasaNya langsung menunjukan balasannya ke kita semua, Ibu Yati bak selebrita dimana hampir semua stasiun TV menyiarkan kisahnya, bahkan seorang menteri aktifpun sempat menyambanginya dan adapula sekelompok orang yang akan membiayai ONH di tahun depan. Subhanallah, suatu hal yang tidak pernah ibu Yati bayangkan sebelumnya. Kalau Allah berkehendak maka akan semudah manusia membalikan tangan.

Hikmah dari kisah tersebut adalah kita sebagai manusia adalah untuk melaksanakan segala perintahNya dengan Tawaqal, Ikhlas, Cinta, sikap berserah diri. Ini adalah hal yang paling mendasar dan sangatlah sederhana dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Keridhoan dan Barokahlah yang patut kita harapkan. Janganlah kita pernah pamrih memikirkan balasan secara materi, karena itu adalah urusan yang Maha Kuasa. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline