-Arswendo mengajarkan bagaimana mudahnya menulis, tapi juga mengingatkan pada kita betapa susahnya kejujuran dijalani dalam kehidupan-
Tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana mudahnya menulis di Indonesia, kecuali Arswendo Atmowiloto. Kredo yang dibangun Arswendo dalam mendidik alam bawah sadar pembacanya, bahwa "mengarang itu gampang" menjadi banyak inspirasi banyak orang. Mungkin kredo "Mengarang itu gampang" adalah puncak dari buah pemikiran Arswendo, karena gara gara gagasan ini, ribuan penulis telah lahir dari sebuah keyakinan "mengarang itu gampang".
Arswendo adalah sebuah ensiklopedia dalam dunia penulisan Indonesia, ia mampu secara detil menuliskan narasi soal sejarah, ia mampu membangun dunia ingatan masa lalu, ia mampu menjadikan tubuh yang eksotis sebagai bagian dari sindiran atas kekuasaan yang fasis tapi di sisi lain ia mampu menyelipkan moral dalam perjalanan hidup dalam cerita-ceritanya.
Arswendo bukan sekadar kelengkapan dalam dunia menulis Indonesia, ia memang tidak menjadikan tulisannya sebagai kanon sastra maha agung, tapi ia justru menyebarkan tulisannya sebagai 'sesuatu yang enak dibaca, populer dan tanpa sengaja mengubah jaman'.
Arswendo adalah produk asli intelektual Kompas, ia adalah anak kandung dari sebuah gerakan intelektual jurnalis berpandangan moderat yang dipelopori PK Ojong dan Jakob Oetama. Bahkan Arswendo bisa dikatakan, adalah yang mengubah total wajah intelektual Kompas dari yang bergaya 'star weekly' menjadi bergaya pembaharuan dengan produk produk tulisan populer.
Kompas, yang dipandang sebagai 'menara gading kelas intelektual Indonesia', di tangan Arswendo dibuatlah 'side dish' Kompas yang mengarah pada gerakan tulisan populer dimana anak muda Indonesia merumuskan dirinya sendiri di tengah dunia yang bergerak cepat.
Dari sinilah Arswendo Atmowiloto menemukan arti pentingnya, ia bukan saja mengubah jaman tulisan-tulisan populer bergenre novel dan komik di tahun 70-an, menjadi tulisan pop art di tahun 80-an yang seakan lepas dari alur Motinggo Boesje, Remy Silado, Jan Mintaraga bahkan WS Rendra menuju tulisan populer bergaya Hilman Hariwijaya, Zara Zettira sampai ke Gola Gong.
Lompatan penting Arswendo selain membangun otensitas dirinya sebagai generasi 80-an dari Kompas, dimana kemudian tercipta dua kutub penulisan dalam grup Kompas, tulisan penuh perenungan macam Mahbub Djunaidi dan Romo Sindhunata dengan tulisan populer berbau "lheer" ala tabloid Monitor buatan Arswendo, menjadi sebuah pesan tersembunyi sindiran keras atas kekuasaan fasis Orde Baru yang mengekang tubuh perempuan.